Ayat Yesaya 27:13 adalah sebuah janji kenabian yang penuh harapan, membicarakan tentang sebuah masa depan ketika Tuhan akan memanggil umat-Nya kembali, bahkan mereka yang tercerai-berai di berbagai penjuru dunia. Kata-kata ini diucapkan dalam konteks sejarah Israel yang sering kali mengalami pengasingan dan pembuangan. Namun, pesannya melampaui sekadar pemulihan politik; ia berbicara tentang pemulihan rohani dan penyatuan umat Allah.
Frasa "ditiuplah sangkakala besar" adalah simbol yang kuat. Dalam tradisi Perjanjian Lama, sangkakala sering kali digunakan untuk memanggil umat berkumpul, untuk mengumumkan peristiwa penting, atau bahkan untuk menyatakan peperangan. Namun, dalam konteks ini, sangkakala tersebut melambangkan panggilan ilahi yang universal dan menyeluruh. Ia adalah panggilan untuk kembali, untuk berkumpul di hadapan Tuhan, sebuah tanda dari rencana penebusan-Nya yang besar.
Penyebutan "mereka yang hilang di negeri Asyur, dan mereka yang terbuang di negeri Mesir" menunjukkan betapa luasnya jangkauan pemulihan ini. Asyur dan Mesir adalah dua kekuatan besar yang pernah menindas dan mengasingkan bangsa Israel. Dengan menyebut kedua tempat ini, nabi menegaskan bahwa tidak peduli seberapa jauh umat Tuhan tersesat, atau seberapa kuat penindasan yang mereka alami, suara panggilan Tuhan akan menjangkau mereka.
Inti dari ayat ini adalah "mereka akan sujud menyembah kepada TUHAN di gunung kudus di Yerusalem." Ini adalah tujuan akhir dari panggilan tersebut: penyembahan yang tulus dan bersatu di hadapan Tuhan di tempat yang Ia pilih. Yerusalem, sebagai kota kudus dan pusat ibadah, melambangkan persekutuan yang baru dan damai di bawah pemerintahan Tuhan. Gunung kudus di Yerusalem menjadi metafora bagi kehadiran Tuhan yang memungkinkan penyembahan yang murni dan universal.
Makna ayat ini memiliki resonansi yang mendalam bagi umat beriman. Ia mengingatkan kita bahwa Tuhan peduli terhadap umat-Nya yang tercerai-berai, yang mungkin merasa hilang atau terbuang karena berbagai alasan. Tuhan memiliki rencana untuk memanggil kita kembali kepada-Nya, untuk menyatukan kita dalam persekutuan yang kudus. Pesan ini memberikan penghiburan dan kepastian bahwa pemulihan dan penyatuan di bawah pemerintahan Tuhan adalah sebuah kenyataan yang pasti akan terjadi.
Dalam perspektif yang lebih luas, banyak penafsir melihat ayat ini sebagai gambaran dari kedatangan Mesias dan pendirian Kerajaan-Nya, di mana semua bangsa akan dipanggil untuk menyembah Tuhan. Ini adalah janji keselamatan yang melintasi batas-batas bangsa dan waktu, sebuah seruan yang terus bergema untuk mengumpulkan umat Tuhan dari segala penjuru bumi untuk menyembah Dia dalam damai dan kesatuan yang abadi.