Yesaya 29:23

"Tetapi ketika mereka melihat apa yang diperbuat tangan-Ku di tengah umat-Ku, mereka akan menguduskan Nama-Ku, dan mereka akan menguduskan Yang Kudus, Allah Israel."
Simbol kebaikan Allah

Ayat Yesaya 29:23 ini membawa pesan yang mendalam tentang bagaimana tindakan Allah di tengah umat-Nya seharusnya menghasilkan pengudusan nama-Nya. Pengudusan, dalam konteks ini, berarti mengakui kekudusan, keagungan, dan otoritas Allah. Ini bukan hanya tentang ritual keagamaan, melainkan sebuah pengakuan yang lahir dari pengalaman nyata melihat campur tangan ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika Allah bertindak, terutama dalam memberikan pertolongan, pembaharuan, atau bahkan penghakiman yang bertujuan untuk pemurnian, umat-Nya dipanggil untuk merespons dengan rasa hormat dan kekaguman yang mendalam.

Tuhan sendiri yang menegaskan, "ketika mereka melihat apa yang diperbuat tangan-Ku di tengah umat-Ku". Frasa "apa yang diperbuat tangan-Ku" merujuk pada karya-karya ajaib, pemeliharaan yang luar biasa, atau bahkan proses pembentukan yang kadang terasa sulit namun pada akhirnya membawa kebaikan. Allah tidak bekerja di balik layar tanpa umat-Nya menyadarinya. Sebaliknya, tindakan-Nya seringkali begitu nyata sehingga menuntut sebuah pengakuan. Pengakuan ini bukan sekadar pujian sesaat, melainkan pengakuan yang mendalam atas karakter Allah – bahwa Dia adalah Allah yang kudus, terpisah dari dosa, dan penuh dengan kebenaran.

Dampak dari melihat dan mengalami karya Allah adalah pengudusan Nama-Nya. Ini berarti mengubah cara pandang dan cara berbicara mengenai Allah. Seringkali, di tengah kesulitan atau ketika kebutuhan mendesak, manusia cenderung memanggil Allah dengan cara yang sembarangan, atau bahkan melupakan-Nya. Namun, ketika Allah menunjukkan kuasa dan kasih-Nya, seharusnya hati tergerak untuk menghormati, memuliakan, dan menguduskan Nama-Nya. Ini adalah sebuah pengakuan bahwa segala kebaikan berasal dari Dia, dan Dia layak menerima segala pujian dan hormat.

Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan pengudusan "Yang Kudus, Allah Israel". Penekanan pada "Yang Kudus" adalah pengingat akan sifat Allah yang sempurna dan tak bercacat. Allah Israel bukan hanya dewa pelindung bagi satu bangsa, melainkan pribadi ilahi yang transenden, yang kekudusan-Nya memancar dalam tindakan-Nya. Pengalaman melihat tindakan tangan Allah seharusnya mendorong umat-Nya untuk melihat Dia sebagaimana Dia adanya – kudus, benar, dan penuh kasih. Pesan ini relevan bagi setiap zaman, mengingatkan kita untuk tidak hanya menjadi penonton pasif dalam perjalanan iman, tetapi menjadi saksi yang aktif mengakui dan menguduskan Allah melalui segala sesuatu yang kita lihat dan alami dalam hidup kita. Ini adalah undangan untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran Allah dan karya-Nya, sehingga Nama-Nya selalu dimuliakan.