Yesaya 37:11 - Allah Menyelamatkan Umat-Nya

"Sesungguhnya, Engkau telah mendengar apa yang telah dilakukan raja Asyur, para raja itu, untuk memusnahkan segalanya. Tetapi sekarang, TUHAN, Allahmu, akan menyelamatkan engkau dari tangan mereka, supaya semua kerajaan di bumi tahu, bahwa Engkaulah TUHAN, Allahmu, saja."

Doa Penyerahan Diri Di Tengah Ancaman

Ayat ini dari Kitab Yesaya, pasal 37, ayat 11, merupakan inti dari seruan doa Hizkia, raja Yehuda, di tengah ancaman invasi besar-besaran dari Kerajaan Asyur. Raja Sanherib, penguasa Asyur yang perkasa, telah menaklukkan banyak kota dan sekarang mengincar Yerusalem. Pesan ancaman dari Sanherib disampaikan melalui para perwiranya, yang mengejek dan meremehkan Allah Yehuda, menyamakan-Nya dengan dewa-dewa bangsa-bangsa lain yang telah ditaklukkan Asyur.

Dalam situasi yang penuh keputusasaan, ketika tentara Asyur sudah berada di ambang pintu kota, Hizkia tidak bersandar pada kekuatan militernya atau diplomasi yang sia-sia. Sebaliknya, ia menunjukkan contoh iman yang luar biasa kepada Allah. Ia merobek pakaiannya, mengenakan kain kabung, dan masuk ke dalam rumah TUHAN. Di sana, ia menaikkan doa yang penuh kerendahan hati dan penyerahan diri. Ayat 11 ini adalah bagian penting dari doanya, di mana ia mengingatkan Allah tentang apa yang telah dilakukan Sanherib, para raja Asyur, untuk memusnahkan semua bangsa dan dewa mereka.

Hizkia tidak hanya sekadar melaporkan fakta. Doanya adalah pengakuan akan kekuasaan dan kebesaran Allah, sekaligus pengingat akan janji-janji-Nya. Ia mengakui bahwa Sanherib telah bertindak dengan kesombongan yang luar biasa, merendahkan Allah Israel. Namun, Hizkia dengan penuh keyakinan menyatakan kepercayaannya bahwa Allah TUHAN akan campur tangan. Kata-kata "Tetapi sekarang, TUHAN, Allahmu, akan menyelamatkan engkau dari tangan mereka" adalah sebuah pernyataan iman yang kuat, sebuah pra-pernyataan akan kemenangan ilahi.

Lebih dari sekadar keselamatan bagi dirinya dan rakyatnya, Hizkia juga memahami implikasi yang lebih luas dari tindakan Allah. Ia berdoa agar tindakan penyelamatan ini akan "supaya semua kerajaan di bumi tahu, bahwa Engkaulah TUHAN, Allahmu, saja." Ini menunjukkan pemahaman teologis yang mendalam. Kemenangan ini bukan hanya untuk Yehuda, tetapi untuk menegaskan keesaan dan kekuasaan Allah atas seluruh alam semesta. Ini adalah pengakuan bahwa hanya TUHAN yang adalah Allah yang sejati, yang memiliki kuasa mutlak.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya penyerahan diri total kepada Tuhan di tengah badai kehidupan. Ketika segala sesuatu tampak mustahil, ketika ancaman begitu besar, respons yang diajarkan oleh Hizkia adalah datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur, mengakui keterbatasan diri, namun berpegang teguh pada janji dan kebesaran-Nya. Penyelamatan yang datang bukanlah karena kekuatan manusia, melainkan karena kesetiaan dan kuasa Allah yang tak tertandingi.

Pesan dalam Yesaya 37:11 ini relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa dalam setiap kesulitan, dalam setiap peperangan hidup yang kita hadapi, kita memiliki Allah yang berkuasa. Mengakui kebesaran-Nya dan berserah kepada-Nya adalah kunci untuk melihat bagaimana Dia bekerja untuk kita, bukan hanya untuk keselamatan pribadi, tetapi juga untuk kemuliaan nama-Nya di hadapan dunia.