Yesaya 37:15

"Dan Hizkia berdoa kepada TUHAN, katanya:

Dalam menghadapi ancaman besar dari bangsa Asyur, Raja Hizkia tidak berputus asa. Ayat Alkitab Yesaya 37:15 mencatat momen penting ini, yaitu ketika Hizkia memanjatkan doa yang penuh keyakinan kepada Tuhan. Ayat ini menjadi titik tolak untuk memahami bagaimana iman dan penyerahan diri kepada Allah dapat menjadi sumber kekuatan dan pertolongan, bahkan dalam situasi yang paling genting sekalipun. Hizkia, raja Yehuda, berada di ambang kehancuran. Sanherib, raja Asyur yang perkasa, telah menaklukkan banyak kota dan kini mengancam Yerusalem. Pesan-pesan yang dikirimkan Sanherib penuh dengan kesombongan dan penghinaan terhadap Allah Israel, menantang Hizkia untuk menyerah karena mereka percaya dewa-dewa mereka lebih kuat dari Tuhan.

Namun, alih-alih tenggelam dalam keputusasaan atau mencoba mencari solusi politik yang rapuh, Hizkia memilih jalan yang berbeda. Doanya dalam Yesaya 37:15 adalah sebuah deklarasi iman. Ia tidak hanya meminta pertolongan secara umum, tetapi ia berlutut, menengadah ke langit, dan berbicara langsung kepada "TUHAN, Allah Israel, yang bertahta di atas kerub-kerub!" Ini menunjukkan pengakuan akan kedaulatan dan keagungan Allah. Hizkia mengingatkan Allah tentang siapa Diri-Nya: Allah yang mahakuasa, yang hanya Engkau, ya TUHAN, adalah Allah segala kerajaan bumi; Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi. Pengakuan ini bukan sekadar pernyataan teologis, tetapi fondasi dari doanya.

Ilustrasi doa Hizkia kepada Tuhan, dengan latar belakang langit cerah dan simbol perdamaian atau perlindungan

Doa Hizkia juga berisi pengakuan atas keberanian dan kejahatan Sanherib. Ia tidak malu mengakui betapa seriusnya ancaman itu, tetapi ia mempersembahkannya kepada Allah. Inilah inti dari iman: membawa segala kekhawatiran, ketakutan, dan bahkan kemarahan yang dirasakan kepada Tuhan. Hizkia tidak meminta Tuhan untuk membalas Sanherib secara langsung (meskipun itu terjadi kemudian), tetapi ia meminta agar seluruh dunia tahu bahwa hanya Tuhan yang berkuasa. Ia berseru, "Sekarang, ya TUHAN Allah kami, selamatkanlah kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi tahu, bahwa hanya Engkau, ya TUHAN, Allahnya Israel."

Kisah ini mengajarkan kita bahwa ketika kita menghadapi masalah yang tampaknya tidak teratasi, kunci utamanya adalah bukan kekuatan kita sendiri, melainkan kekuatan Allah yang kita percayai. Doa Hizkia adalah teladan bagaimana menghadapi krisis dengan iman yang teguh, mengingatkan Allah akan janji-janji-Nya, dan menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Yesaya 37:15 mengingatkan kita bahwa doa adalah senjata terkuat kita, terutama ketika segala sesuatu tampak suram. Ini adalah ajakan untuk meneladani Hizkia: berdoa dengan sungguh-sungguh, mengakui kebesaran Allah, dan mempercayai bahwa Dia akan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, membawa kelepasan dan menguatkan iman kita.

Dengan penyerahan diri dan kepercayaan penuh, seperti yang ditunjukkan Hizkia, kita dapat menemukan kedamaian dan kekuatan bahkan di tengah badai kehidupan. Mari kita jadikan ayat ini sebagai pengingat untuk selalu berdoa dan mengandalkan Tuhan.