Ilustrasi: Perlindungan Allah menghadapi ancaman.
Ayat Yesaya 37:9 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah umat Israel, di mana Raja Hizkia dari Yehuda menghadapi ancaman militer yang sangat besar dari Kerajaan Asyur di bawah pimpinan Raja Sanherib. Sanherib, seorang raja yang kejam dan ambisius, telah menaklukkan banyak kerajaan dan kini mengarahkan perhatiannya pada Yerusalem. Pesan yang disampaikan oleh para utusan Sanherib sangat meremehkan dan penuh ancaman, bertujuan untuk menebar ketakutan dan keputusasaan di kalangan penduduk kota serta raja mereka.
Dalam pasal ini, kita melihat bagaimana Sanherib, setelah berhasil menaklukkan kota-kota di Yehuda, mengirimkan pesan kepada Hizkia. Pesan tersebut awalnya disampaikan secara lisan oleh para pejabatnya, yang mencemooh kepercayaan Hizkia kepada Allah dan menyombongkan kekuatan militer Asyur. Namun, ketika Sanherib mendengar kabar bahwa ada pasukan dari Etiopia yang dipimpin oleh Tirhaka datang untuk membantu Yerusalem, ia mengirimkan utusan lagi dengan pesan yang lebih spesifik. Ayat 9 inilah yang mengawali penyampaian pesan kedua tersebut, di mana ia menyatakan bahwa kedatangan Tirhaka adalah tanda bahwa pertarungan melawan Yerusalem akan semakin intensif.
Konteks ini menunjukkan betapa gentingnya situasi yang dihadapi Hizkia. Ia tidak hanya berhadapan dengan ancaman fisik yang nyata dari pasukan Asyur yang superior, tetapi juga dengan perang psikologis yang dirancang untuk menghancurkan semangat perlawanan. Sanherib berusaha meyakinkan Hizkia bahwa tidak ada gunanya berharap pada Allahnya, karena bahkan raja dari negeri yang jauh seperti Etiopia pun harus ikut campur, menandakan bahwa kekuatan Asyur adalah yang tertinggi.
Namun, yang menarik dari narasi ini adalah respons Hizkia. Alih-alih putus asa atau menyerah, Hizkia justru membawa pesan ancaman Sanherib itu ke hadapan Allah di Bait Suci. Ia merobek pakaiannya dan mengenakan kain kabung, tanda kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon campur tangan Allah. Doa Hizkia, yang dicatat dalam pasal ini, menekankan kemuliaan Allah dan kebenaran-Nya, serta mengingatkan Allah akan janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.
Kisah ini menjadi pengingat penting bagi kita tentang bagaimana menghadapi kesulitan dan ancaman dalam hidup. Yesaya 37:9 dan kelanjutannya menunjukkan bahwa ketika kita menghadapi situasi yang tampaknya mustahil, solusi terbaik adalah membawa masalah kita kepada Allah. Kepercayaan Hizkia pada kekuatan ilahi, meskipun dihadapkan pada ancaman yang menakutkan, akhirnya membuahkan hasil. Allah menjawab doa Hizkia melalui Nabi Yesaya, menjanjikan kehancuran bagi tentara Asyur dan penyelamatan bagi Yerusalem. Peristiwa ini menekankan bahwa Allah berdaulat atas segala bangsa dan peristiwa dunia, dan Dia sanggup membela umat-Nya yang berseru kepada-Nya. Keberanian Hizkia untuk tidak menyerah pada keputusasaan, melainkan mencari perlindungan dan kekuatan dari Allah, adalah teladan yang patut kita renungkan.