Ayat firman Tuhan yang terambil dari Kitab Yesaya pasal 38 ayat 22 ini, merupakan sebuah penutupan yang penuh harapan dan kelegaan setelah Tuhan mendengarkan doa Raja Hizkia. Kisah ini tercatat dalam konteks ketika Raja Hizkia sedang menghadapi ancaman kematian akibat penyakit yang dideritanya. Dalam keputusasaan, Hizkia meratap, menangis, dan berdoa kepada Tuhan, memohon perpanjangan hidup. Tuhan menjawab doanya, bukan hanya dengan menyembuhkan penyakitnya, tetapi juga memberikan tanda ajaib, yaitu kemunduran bayangan matahari sepuluh tingkat. Ayat 22 ini adalah ungkapan syukur dan pengakuan Hizkia atas kebaikan dan kuasa Tuhan yang telah menyelamatkannya dari ambang kematian dan, yang lebih penting, dari dosa-dosanya.
Kata "liang kubur" dalam ayat ini melambangkan keadaan yang sangat mengerikan, yaitu kematian. Raja Hizkia mengakui bahwa tanpa campur tangan Tuhan, ia pasti akan binasa. Namun, Tuhan yang Maha Kasih dan Maha Kuasa tidak membiarkannya tenggelam dalam kegelapan maut. Kelepasan dari penyakit yang mematikan adalah manifestasi nyata dari kuasa ilahi yang mampu membalikkan keadaan yang paling suram sekalipun. Ini adalah bukti bahwa bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil. Kemanusiaan kita seringkali terbatas oleh penyakit, usia, dan berbagai tantangan hidup. Namun, iman kepada Tuhan membuka pintu bagi campur tangan-Nya yang luar biasa.
Aspek kedua yang tak kalah pentingnya dari ayat ini adalah pengakuan Hizkia: "dan Engkau akan melemparkan semua dosaku ke belakang punggung-Mu." Ini adalah inti dari pengampunan dosa. Tuhan tidak hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga jiwa. Frasa "ke belakang punggung-Mu" mengindikasikan bahwa dosa-dosa itu akan dibuang jauh, dilupakan, dan tidak akan pernah lagi diperhitungkan terhadap dirinya. Ini adalah janji pengampunan yang total dan pemulihan hubungan yang rusak antara manusia dan Tuhan. Dosa adalah pemisah antara kita dan Tuhan, dan penyakit seringkali bisa menjadi pengingat akan kerapuhan kita akibat dosa.
Kisah Hizkia mengajarkan kita bahwa kesembuhan sejati tidak hanya terbatas pada fisik, tetapi juga mencakup pemulihan spiritual. Ketika kita datang kepada Tuhan dalam doa, tidak hanya memohon pelepasan dari masalah duniawi, tetapi juga kerendahan hati untuk mengakui dosa-dosa kita dan memohon pengampunan-Nya. Tuhan berjanji untuk mengampuni mereka yang berseru kepada-Nya dengan tulus. Pengampunan ini memungkinkan kita untuk kembali memiliki hubungan yang murni dengan-Nya, dan melanjutkan hidup dengan keberanian baru, mengetahui bahwa beban dosa telah diangkat. Yesaya 38:22 bukan hanya sebuah ayat kuno, tetapi merupakan janji abadi tentang kasih, belas kasihan, dan kuasa penebusan Tuhan yang selalu tersedia bagi setiap orang yang beriman.