"Ya TUHAN, baiklah ingat bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan tulus hati, dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu!" Lalu Hizkia menangis dengan sangat.
Ayat Yesaya 38:3 ini adalah bagian dari narasi luar biasa tentang Raja Hizkia, seorang raja Yehuda yang saleh di tengah masa-masa penuh tantangan. Kisah ini dicatat dalam Kitab Yesaya dan juga Kitab Raja-raja, memberikan perspektif yang kaya mengenai iman, doa, dan intervensi ilahi. Pada saat itu, Hizkia menghadapi ancaman yang sangat mengerikan: penyakit yang mengancam jiwa. Nubuat dari nabi Yesaya yang diutus Tuhan menyatakan bahwa Hizkia akan mati dan tidak akan sembuh. Berita ini tentu saja mengguncang raja.
Namun, bukannya menyerah pada keputusasaan, Hizkia memilih untuk berpaling kepada Tuhan. Doa yang dipanjatkannya, seperti yang tercatat dalam ayat ini, bukanlah sekadar keluhan, melainkan sebuah pengakuan yang mendalam atas kesetiaan dan ketulusan hidupnya di hadapan Tuhan. Ia mengingatkan Allah akan cara hidupnya yang berusaha menyenangkan hati-Nya, serta tindakannya yang selalu berusaha melakukan apa yang baik di mata Tuhan. Permohonan ini dipenuhi dengan tangisan yang sangat, menunjukkan betapa beratnya beban yang ia rasakan dan betapa tulusnya ia memohon belas kasihan.
Kisah Hizkia dalam pasal 38 Kitab Yesaya ini merupakan pengingat kuat tentang kuasa doa yang sungguh-sungguh. Doa Hizkia bukan doa yang kosong atau basa-basi, melainkan doa yang lahir dari hubungan yang erat dengan Tuhan dan kesadaran akan kelemahan manusiawi. Ia tidak mengandalkan kebesarannya sebagai raja, melainkan pada karakter Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan. Ia memohon agar Tuhan melihat kesungguhannya dalam menjalani hidup sesuai kehendak-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan mendengarkan doa orang-orang yang mencari-Nya dengan hati yang tulus, bahkan dalam situasi yang paling genting sekalipun.
Tindakan Hizkia ini mengajarkan kita pentingnya refleksi diri dan evaluasi cara hidup kita. Apakah kita sungguh-sungguh hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dalam keseharian kita? Apakah kita selalu berusaha melakukan apa yang baik di mata-Nya? Mengingat kembali ayat ini dapat menjadi dorongan bagi kita untuk senantiasa menjaga hubungan yang dekat dengan Tuhan, berdoa dengan sungguh-sungguh, dan hidup dengan integritas. Kisah Hizkia adalah bukti bahwa Tuhan peduli pada umat-Nya dan mampu memberikan pertolongan yang luar biasa ketika kita berserah kepada-Nya.
Akhirnya, permohonan Hizkia dikabulkan. Tuhan mendengar tangisannya, memberikan tambahan lima belas tahun usia hidup kepadanya, dan bahkan membuat bayangan matahari mundur sepuluh tingkat sebagai tanda ajaib. Ini adalah bukti nyata bahwa kesetiaan dan doa yang tulus dapat membawa perubahan yang signifikan. Yesaya 38:3 bukan hanya sebuah ayat, melainkan sebuah jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang anugerah, iman, dan janji Tuhan bagi mereka yang hidup di dalam kebenaran-Nya.