Ilustrasi: Timbangan kebenaran.
Ayat Yesaya 41:26 diajukan sebagai sebuah tantangan. Sang Nabi, atas nama Allah, mempertanyakan siapakah di antara bangsa-bangsa atau berhala-berhala yang dapat mengklaim telah mengetahui dan mengumumkan rencana-rencana ilahi sebelumnya. Pertanyaan ini menekankan keunikan dan kedaulatan Allah dalam mengetahui segala sesuatu, baik yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang.
Dalam konteks historisnya, bangsa Israel sering kali dihadapkan pada godaan untuk menyembah berhala dewa-dewa bangsa lain. Dewa-dewa ini digambarkan memiliki kekuatan, namun mereka tidak memiliki pengetahuan sejati tentang masa depan. Mereka adalah ciptaan manusia, atau lebih tepatnya, imajinasi manusia. Sebaliknya, Allah Israel adalah Pencipta alam semesta yang mengetahui segalanya.
Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa "tidak ada yang memberitahukannya, tidak ada yang memperdengarkannya, tidak ada yang mendengar perkataanmu." Pernyataan ini sangat kuat. Ini bukan hanya tentang berhala-berhala yang bisu dan tuli, tetapi juga tentang ketidakmampuan setiap makhluk ciptaan untuk benar-benar mengetahui kehendak dan rencana Sang Pencipta. Bahkan nabi-nabi palsu atau orang-orang yang mengaku memiliki pengetahuan luar biasa, pada akhirnya tidak dapat menyamai pengetahuan sempurna Allah.
Hal ini menggarisbawahi pentingnya wahyu ilahi. Kebenaran tentang rencana Allah dan keselamatan tidak dapat ditemukan melalui penelusuran manusia semata, melainkan harus diungkapkan oleh Allah sendiri. Israel dipanggil untuk mempercayai firman yang telah diwahyukan kepada mereka, bukan pada ramalan atau spekulasi.
Pesan Yesaya 41:26 tetap relevan hingga kini. Di era informasi yang serba cepat, kita sering kali dibanjiri dengan berbagai macam informasi dan klaim. Namun, di tengah kebisingan itu, kita diingatkan untuk kembali kepada sumber kebenaran yang teguh, yaitu firman Allah. Pengetahuan yang sejati dan kekal hanya datang dari Dia.
Kita diajak untuk tidak mengandalkan kebijaksanaan duniawi atau ramalan yang menyesatkan, tetapi untuk mendengarkan dan menaati apa yang telah Allah firmankan. Kedaulatan-Nya atas waktu dan pengetahuan memberikan kepastian bagi umat-Nya. Kita dapat yakin bahwa rencana-Nya adalah baik dan bahwa Dia memiliki kendali atas segala sesuatu, bahkan ketika kita tidak dapat melihat jalannya.
Oleh karena itu, ayat ini menjadi panggilan untuk percaya, bukan pada siapa pun atau apa pun yang mengaku tahu segalanya, melainkan pada Allah yang memang tahu segalanya dan telah menyatakan kehendak-Nya kepada kita. Di dalam firman-Nya, kita menemukan kebenaran yang kekal dan pengharapan yang tidak akan pernah mengecewakan.