Yesaya 47:2

"Ambillah lesung batu, dan tumbuklah gandum sampai halus; buka selubungmu, singkapkanlah lipatan kainmu, tampakkanlah betismu, dan seberangkanlah sungai."
Simbol Kejatuhan dan Transformasi
Visualisasi alegoris tentang kehancuran dan proses pemurnian.

Ayat Yesaya 47:2 menggelegar dengan gambaran yang kuat dan sarat makna. Di dalamnya, Allah melalui Nabi Yesaya menyampaikan sebuah firman yang ditujukan kepada Babel, sebuah kekuatan kekaisaran yang megah namun telah jauh menyimpang dari jalan kebenaran. Gambaran yang disajikan bukanlah sesuatu yang menyenangkan, melainkan sebuah penelanjangan dan penghinaan yang disengaja. "Ambillah lesung batu, dan tumbuklah gandum sampai halus; buka selubungmu, singkapkanlah lipatan kainmu, tampakkanlah betismu, dan seberangkanlah sungai." Kalimat-kalimat ini mewakili serangkaian tindakan yang mengindikasikan hilangnya segala kemuliaan, kehormatan, dan kuasa yang pernah dimiliki Babel.

Tindakan mengambil lesung batu dan menumbuk gandum hingga halus menyimbolkan sebuah proses penghancuran total. Gandum yang awalnya utuh dan berharga, kini harus melalui tahapan pemrosesan yang kasar dan merendahkan, hingga menjadi debu yang tak berbentuk. Ini adalah metafora untuk kehancuran struktur kekuasaan Babel, semua kemegahan dan peraturannya akan dihancurkan hingga tak bersisa. Selain itu, gandum yang ditumbuk halus seringkali diasosiasikan dengan makanan bagi kaum budak atau pakan ternak, menunjukkan sebuah penurunan status yang drastis dari penguasa menjadi yang terhina.

Lebih lanjut, perintah untuk "buka selubungmu, singkapkanlah lipatan kainmu, tampakkanlah betismu" adalah gambaran penelanjangan publik yang memalukan. Dalam budaya kuno, pakaian dan penutup tubuh bukan hanya pelindung, tetapi juga simbol status sosial, kehormatan, dan kesopanan. Membuka dan menyingkapkan semua itu berarti memamerkan kelemahan, kehilangan martabat, dan dipermalukan di hadapan umum. Bagi Babel yang bangga akan diri, ini adalah pukulan telak yang paling menyakitkan. Perintah untuk memperlihatkan betis semakin menekankan pada kerentanan dan ketidakberdayaan yang kini dialami.

Terakhir, frasa "dan seberangkanlah sungai" bisa memiliki beberapa makna. Sungai seringkali menjadi batas geografis atau simbol pemisah. Perintah ini bisa menandakan perpindahan paksa Babel ke negeri asing, terbuang dari tanah kelahirannya yang tercinta. Bisa juga diartikan sebagai sebuah perjalanan panjang dan berat yang harus dilalui, sebuah migrasi yang dipaksakan akibat kekalahan. Dalam setiap interpretasinya, perintah ini menunjukkan hilangnya kendali dan status seseorang atau sebuah bangsa.

Secara keseluruhan, Yesaya 47:2 menggambarkan hukuman ilahi yang tegas terhadap kesombongan dan penindasan. Ini adalah peringatan bahwa segala kekuasaan yang disalahgunakan dan segala kemuliaan yang dibangun di atas air mata orang lain pada akhirnya akan runtuh dan membawa pemiliknya pada kehinaan yang mendalam. Namun, di balik gambaran hukuman ini, ada juga harapan bagi mereka yang tertindas. Kejatuhan Babel menjadi janji pembebasan dan keadilan bagi umat Allah yang telah lama menderita di bawah kekuasaannya.