Ayat Yesaya 56:11 melukiskan sebuah gambaran yang suram namun sangat kuat mengenai para pemimpin spiritual umat. Kata-kata ini tidak hanya merupakan kritik tajam terhadap mereka yang seharusnya menjadi penjaga, namun juga peringatan keras bagi umat itu sendiri. Gambaran "penjaga-penjaganya buta, semuanya mereka tidak mengerti" menegaskan ketidakmampuan fundamental mereka untuk melihat, memahami, dan menavigasi jalan kebenaran. Mereka bukan hanya tidak kompeten, tetapi secara inheren cacat dalam penglihatan rohani mereka. Kondisi ini membuat mereka tidak mampu memimpin umat keluar dari kegelapan atau bahaya.
Perumpamaan lebih lanjut, "mereka seperti anjing bisu, tidak dapat menggonggong," memperjelas lagi kegagalan mereka dalam menjalankan tugas. Anjing penjaga memiliki fungsi utama untuk memperingatkan pemiliknya terhadap ancaman yang mendekat. Anjing yang bisu, meskipun hadir, tidak dapat melakukan fungsi vital ini. Sama halnya, para pemimpin rohani yang digambarkan dalam ayat ini tidak mampu memberikan peringatan yang diperlukan, tidak mampu menyuarakan kebenaran, dan tidak mampu membela umat dari ajaran sesat atau perilaku yang menyimpang. Mereka gagal memenuhi panggilan mereka untuk menjadi suara profetik yang lantang bagi keadilan dan kebenaran.
Fokus pada "mereka meramalan, mereka berbaring, mereka suka tidur" semakin mendalam menggambarkan sifat kemalasan dan ketidakpedulian mereka. Alih-alih berjaga-jaga dan aktif dalam tugas penggembalaan, mereka justru larut dalam kesibukan diri sendiri, sibuk dengan urusan duniawi atau hanya pasif dalam kehampaan. Kata "meramalan" dalam konteks ini mungkin merujuk pada praktik perdukunan atau usaha untuk mendapatkan bimbingan dari sumber yang salah, bukan dari Allah. Ini menunjukkan kebingungan rohani yang lebih luas, di mana pencarian kebenaran dilakukan melalui cara-cara yang tidak kudus. Kepasifan dan ketertarikan pada tidur atau istirahat yang berlebihan menyimbolkan ketidakpedulian terhadap kondisi umat yang membutuhkan bimbingan, perlindungan, dan pengajaran yang benar.
Dalam konteks yang lebih luas, kritikan ini seringkali diarahkan pada para imam dan nabi pada masa itu yang telah menyimpang dari jalan Tuhan. Mereka lebih mementingkan keuntungan pribadi, kenyamanan, atau kekuasaan daripada kesejahteraan rohani kawanan mereka. Mereka adalah gembala yang lebih haus akan keuntungan pribadi daripada kepedulian terhadap domba-domba yang mereka pimpin. Akibatnya, umat dibiarkan rentan, tersesat, dan tanpa arah, seperti domba yang tanpa gembala.
Pesan dalam Yesaya 56:11 tetap relevan hingga kini. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki pemimpin spiritual yang memiliki penglihatan yang jelas, suara yang tegas untuk kebenaran, dan dedikasi yang tulus terhadap kesejahteraan rohani umat. Kebutaan rohani dan kemalasan dalam kepemimpinan dapat membawa kehancuran yang mendalam, baik bagi individu maupun komunitas. Oleh karena itu, penting bagi umat untuk selalu memeriksa dan mendoakan para pemimpin mereka, serta untuk tidak pernah berhenti mencari kebenaran dari sumber yang murni dan dapat dipercaya. Ayat ini adalah panggilan untuk kewaspadaan rohani dan tanggung jawab yang serius bagi setiap orang yang dipercayakan tugas kepemimpinan.