Yesaya 57:12 - Ayat Alkitab Kekuatan

"Dan yang kau andalkan adalah kesetiaanmu, bukan? Tetapi kesetiaanmu takkan menyelamatkanmu."

Ayat Yesaya 57:12 adalah sebuah peringatan yang kuat dari Tuhan kepada umat-Nya yang cenderung mengandalkan kekuatan dan usaha mereka sendiri, daripada bersandar sepenuhnya kepada-Nya. Dalam konteks sejarah, ayat ini seringkali merujuk pada bangsa Israel yang dalam masa-masa keruntuhan spiritual dan moral mereka, mencari perlindungan dan pertolongan pada perjanjian atau kekuatan manusiawi, bahkan pada berhala dan dewa-dewa asing, daripada beralih kepada Tuhan yang sejati.

Kata "kesetiaanmu" di sini bisa diartikan dalam berbagai cara. Bisa jadi merujuk pada perjanjian-perjanjian yang mereka buat dengan bangsa lain, yang mereka anggap akan memberikan keamanan. Bisa juga merujuk pada kemauan mereka untuk mematuhi hukum Taurat atau tradisi mereka sendiri, namun dilakukan dengan cara yang egois dan tidak tulus, tanpa didasari kasih dan penyerahan diri kepada Tuhan.

Pesan inti dari ayat ini adalah bahwa sumber kekuatan sejati dan keselamatan yang abadi tidak dapat ditemukan dalam hal-hal duniawi, kemampuan pribadi, atau bahkan dalam bentuk kesetiaan yang dangkal. Tuhan menyoroti kekosongan dan ketidakmampuan dari segala sesuatu yang bukan berasal dari Dia untuk memberikan pertolongan yang hakiki. Kesetiaan manusia, meskipun terdengar mulia, jika tidak berakar pada hubungan yang benar dengan Tuhan, akan menjadi fondasi yang rapuh dan tidak akan mampu menahan badai kehidupan.

Dalam kehidupan modern, ayat ini tetap relevan. Kita seringkali tergoda untuk mengandalkan kecerdasan kita, kekayaan kita, koneksi kita, atau pencapaian kita. Kita mungkin merasa aman dalam rutinitas kita, dalam rencana-rencana kita, atau bahkan dalam pencapaian spiritual yang bersifat permukaan. Namun, ketika masalah besar datang, atau ketika kita dihadapkan pada kenyataan kematian dan kekekalan, semua itu mungkin akan terasa tidak berarti dan tidak mampu memberikan ketenangan atau keselamatan yang sesungguhnya.

Tuhan mengundang kita untuk mengalihkan pandangan kita. Bukan berarti kita tidak boleh berupaya atau tidak boleh setia pada prinsip-prinsip yang baik. Namun, prioritas utama haruslah pada hubungan kita dengan Dia. Kesetiaan yang sesungguhnya adalah ketika kita menempatkan kepercayaan kita sepenuhnya kepada Tuhan, mengakui ketergantungan kita pada rahmat-Nya, dan mencari kekuatan serta hikmat dari-Nya dalam segala aspek kehidupan kita. Hanya dalam Dia, kita dapat menemukan keselamatan yang kekal dan kekuatan yang tidak akan pernah mengecewakan.

Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menguji motivasi hati kita. Apakah kita bertindak karena dorongan untuk menyenangkan diri sendiri, untuk mendapatkan pujian dari manusia, atau karena kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesama? Jika kesetiaan kita tidak membuahkan hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta, maka seperti yang dikatakan Yesaya, kesetiaan itu tidak akan mampu menyelamatkan kita.

"Kesetiaan Sejati Bersumber Dari Tuhan"

Ilustrasi: Jembatan harapan yang bersumber dari cahaya.