Sebab tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan telinga-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar.
Ilustrasi abstrak dengan warna biru muda dan hijau toska, melambangkan harapan dan kekuatan.
Ayat dari Kitab Yesaya, pasal 59, ayat 3, adalah sebuah deklarasi kekuatan dan kedaulatan Allah yang tak terbatas. Dalam konteks perikop ini, seringkali berbicara tentang dosa dan ketidakadilan yang membuat umat terpisah dari hadirat Tuhan. Namun, di tengah pengakuan akan kerapuhan dan kesalahan manusia, ada janji yang begitu membesarkan hati: bahwa campur tangan Tuhan tidak pernah terhalang oleh jarak, kekuatan, atau kelemahan manusia.
Frasa "tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan" secara gamblang menggambarkan bahwa tidak ada situasi yang terlalu sulit, tidak ada masalah yang terlalu besar, atau tidak ada dosa yang terlalu berat yang dapat menghalangi kasih dan kuasa penyelamatan Allah. Seolah-olah, meskipun kita berada di ujung bumi atau terperangkap dalam jurang keputusasaan, tangan kasih-Nya selalu menjangkau kita. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa kita tidak pernah sendirian dalam perjuangan kita.
Demikian pula, ungkapan "telinga-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" menegaskan bahwa doa-doa kita, keluhan kita, dan seruan hati kita tidak pernah luput dari perhatian-Nya. Tuhan selalu mendengarkan. Baik dalam keheningan malam maupun di tengah hiruk pikuk kehidupan, setiap bisikan permohonan kita terdengar jelas oleh-Nya. Ini memberikan kepastian bahwa Tuhan peduli terhadap setiap detail kehidupan kita dan siap merespons.
Dalam menghadapi tantangan hidup, seringkali kita merasa kecil, lemah, dan tak berdaya. Kita mungkin meragukan kemampuan kita sendiri, atau bahkan meragukan apakah Tuhan masih peduli. Namun, Yesaya 59:3 hadir sebagai mercusuar harapan. Ia mengajak kita untuk melepaskan keraguan dan kekhawatiran, serta mempercayakan seluruh beban kita kepada-Nya.
Keindahan dari ayat ini terletak pada kesederhanaannya yang sarat makna. Ia tidak berbicara tentang kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi agar Tuhan bertindak. Sebaliknya, ia menyatakan sifat inheren Allah itu sendiri: Dia adalah Penyelamat yang selalu siap, Pendengar yang selalu setia. Ini bukan tentang bagaimana kita harus menjadi lebih baik terlebih dahulu agar layak diselamatkan atau didengarkan, melainkan tentang bagaimana Allah, dalam kemurahan-Nya yang tak berkesudahan, selalu tersedia bagi kita.
Oleh karena itu, ketika kita menghadapi badai kehidupan, ingatlah janji ini. Percayalah bahwa tangan Tuhan cukup panjang untuk meraihmu, dan telinga-Nya cukup peka untuk mendengar setiap doa. Dia tidak pernah lelah, tidak pernah berjarak, dan tidak pernah tidak mampu bertindak. Kepada-Nya, kita dapat selalu berseru dalam keyakinan penuh.