"Mereka akan menyebutkan mereka: Bangsa yang kudus, orang-orang yang ditebus oleh TUHAN; dan engkau akan disebut: Yang dicari orang, kota yang tidak ditinggalkan."
Ayat dari Kitab Yesaya 62:12 ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah janji ilahi yang penuh dengan harapan dan identitas yang diperbaharui. Dalam konteks nubuatan yang lebih luas, ayat ini berbicara tentang pemulihan umat Allah setelah masa pembuangan dan penebusan mereka. Kata-kata ini menegaskan bagaimana Allah memandang umat-Nya dan bagaimana Ia ingin umat-Nya memandang diri mereka sendiri.
Penyebutan "Bangsa yang kudus" menggarisbawahi status unik yang diberikan Allah kepada umat pilihan-Nya. Kekudusan di sini bukanlah ketiadaan dosa, melainkan pemisahan diri untuk tujuan Allah. Ini adalah identitas yang diberikan dari surga, bukan dicapai melalui usaha manusia semata. Allah menjadikan mereka kudus dengan tujuan agar mereka menjadi saksi bagi dunia tentang keberadaan dan karakter-Nya. Mereka dipanggil keluar dari kegelapan untuk menjadi terang.
Lebih jauh lagi, mereka disebut sebagai "orang-orang yang ditebus oleh TUHAN." Kata "ditebus" membawa makna mendalam tentang pembebasan dari perbudakan, seringkali dengan pengorbanan. Dalam gambaran nabi Yesaya, ini merujuk pada pembebasan dari penindasan dan kehancuran. Namun, dalam perspektif Kristiani, penebusan ini mencapai puncaknya melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Kita ditebus bukan dengan emas atau perak, tetapi dengan darah yang mahal. Penebusan ini memberikan nilai yang tak ternilai kepada setiap individu yang percaya.
Bagian kedua dari ayat ini memberikan gelar yang tak kalah penting: "dan engkau akan disebut: Yang dicari orang, kota yang tidak ditinggalkan." Ini adalah gambaran tentang berkat pemulihan dan penerimaan kembali. Setelah mengalami masa-masa ditinggalkan, dilupakan, atau dianggap tidak berarti, umat Allah akan kembali menjadi pusat perhatian, dihargai, dan dihormati. Mereka akan menjadi sesuatu yang diinginkan dan dicari. "Kota yang tidak ditinggalkan" melambangkan tempat di mana Allah berdiam, sebuah komunitas yang terjalin erat dengan-Nya, tempat perlindungan dan sukacita. Ini adalah janji tentang kehadiran Allah yang permanen dan tak tergoyahkan di tengah umat-Nya.
Keindahan dari janji ini terletak pada sifatnya yang transformatif. Allah tidak hanya mengubah situasi luar umat-Nya, tetapi juga mengubah cara mereka dilihat dan bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri. Identitas baru ini, yaitu sebagai bangsa yang kudus, ditebus, yang dicari, dan menjadi kota yang tak ditinggalkan, adalah fondasi kekuatan dan pengharapan. Ini mengingatkan kita bahwa di hadapan Allah, kita tidak pernah menjadi hilang atau tidak berarti. Dia mencari kita, menebus kita, dan menjadikan kita berharga.
Di dunia yang seringkali menilai berdasarkan pencapaian, status, atau penampilan, janji dalam Yesaya 62:12 menawarkan perspektif yang berbeda. Ini adalah pengingat bahwa identitas sejati kita berakar pada kasih dan karya Allah. Memahami dan merenungkan ayat ini dapat membawa pemulihan rohani, menguatkan iman, dan memberikan keberanian untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan kekudusan dan penebusan yang telah dianugerahkan. Umat Allah, melalui janji ini, dipanggil untuk hidup dalam kesadaran akan nilai mereka yang berharga di mata Sang Pencipta.
Sebuah pengingat akan kasih dan janji Allah.