Lalu diberitahukan kepada keluarga Daud: "Efraim telah bersekutu dengan Aram," sehingga hati raja dan hati rakyatnya gemetar seperti pohon-pohon di hutan digoncangkan oleh angin.
Ayat ini menggambarkan situasi yang mencekam bagi raja dan rakyat Yehuda. Ancaman datang dari utara, yaitu persekutuan antara Kerajaan Efraim (Israel Utara) dan Kerajaan Aram (Suriah). Kabar ini begitu menakutkan, sampai-sampai hati mereka bergetar hebat, diibaratkan seperti pohon-pohon di hutan yang terombang-ambing oleh tiupan angin kencang. Ketakutan ini bukanlah sekadar kegelisahan biasa, melainkan rasa gentar yang mendalam menghadapi kemungkinan invasi dan kehancuran.
Pada masa Nabi Yesaya, Kerajaan Yehuda berada di bawah tekanan politik yang luar biasa. Raja Ahas, penguasa Yehuda saat itu, menghadapi dua musuh yang kuat. Efraim dan Aram berniat untuk menggulingkan Ahas dan mendudukkan raja boneka mereka di atas takhta Yehuda. Situasi ini tentu saja menimbulkan kepanikan dan ketidakpastian yang luar biasa. Rasanya seperti dunia mereka akan runtuh.
Perbandingan dengan pohon yang diguncang angin sangat tepat. Angin badai dapat membuat pohon yang kokoh pun bergoyang tak karuan, daun-daunnya berjatuhan, dan rantingnya bisa patah. Begitulah keadaan hati raja dan rakyat Yehuda; mereka merasa tidak berdaya, rentan, dan berada di ambang kehancuran. Ketakutan itu melumpuhkan, merusak kedamaian, dan menggerogoti iman mereka.
Namun, di tengah situasi yang begitu menakutkan ini, Tuhan tidak membiarkan umat-Nya tanpa harapan. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal 7 Yesaya akan mengungkapkan janji Tuhan tentang kedatangan Mesias, Sang Immanuel, yang akan membawa keselamatan dan kedamaian sejati. Meskipun ancaman itu nyata dan ketakutan itu terasa, Tuhan memiliki rencana yang lebih besar. Dia memanggil umat-Nya untuk tidak gemetar, tetapi untuk percaya dan berharap kepada-Nya.
Yesaya 7:2 bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga sebuah pengingat bagi kita. Ketika kita menghadapi situasi sulit, ancaman, atau ketakutan yang mengguncang hidup kita, kita diingatkan bahwa kita tidak sendirian. Tuhan hadir di tengah badai kehidupan kita. Dia memanggil kita untuk menahan diri dari kepanikan yang berlebihan dan mencari pegangan pada janji-janji-Nya. Kepercayaan kepada Tuhan adalah jangkar yang kokoh di tengah ombak kehidupan yang bergelora, bahkan ketika semuanya terasa gelap dan menakutkan.