"Pada waktu itu, setiap orang akan memelihara seekor sapi muda dan dua kambing. Dan karena melimpahnya susu yang dihasilkannya, ia akan makan dadih; sebab setiap orang yang ditinggalkan di tengah-tengah negeri akan makan dadih dan madu."
Ayat Yesaya 7:21 menyajikan gambaran yang kontras dan penuh makna. Di tengah situasi yang diperkirakan penuh dengan kesulitan dan ketidakpastian, nabi Yesaya menubuatkan tentang kelimpahan. Kata-kata ini terucap pada masa ketika Kerajaan Yehuda menghadapi ancaman invasi dari koalisi Suriah-Efraim. Keadaan ini tentu menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Namun, di tengah bayang-bayang kehancuran, Allah melalui nabi-Nya menawarkan janji pemulihan dan berkat yang mengejutkan.
Secara harfiah, ayat ini menggambarkan keadaan di mana bahkan hewan ternak yang sederhana seperti sapi muda dan dua kambing akan dipelihara, dan hasilnya, yaitu susu dan dadih, akan melimpah ruah. Konsep "dadih dan madu" seringkali digunakan dalam Alkitab untuk melambangkan kelimpahan, kesuburan, dan tanah yang diberkati. Situasi ini sungguh paradoks: di negeri yang seharusnya dilanda kelaparan akibat perang, justru akan ada kelebihan makanan. Ini bukan sekadar gambaran tentang ketersediaan pangan, tetapi lebih dalam lagi, ini adalah simbol janji ilahi tentang pemeliharaan dan kemakmuran yang tak terduga.
Makna dari Yesaya 7:21 melampaui sekadar nubuat historis. Ayat ini berbicara tentang kedaulatan Allah atas segala keadaan, bahkan yang paling suram sekalipun. Meskipun manusia menghadapi ancaman dan kekacauan, Allah tetap berkuasa untuk memberikan berkat dan pemulihan. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa harapan kita tidak boleh bergantung pada kondisi duniawi yang rapuh, melainkan pada janji dan kuasa Tuhan.
Dalam konteks teologis, ayat ini juga sering diinterpretasikan sebagai gambaran foreshadowing (bayangan awal) dari kedatangan Mesias. Kelimpahan yang dijanjikan, serta pemeliharaan di masa sulit, menunjuk pada era Mesianik yang akan membawa perdamaian dan berkat yang penuh. Kedatangan Kristus membawa pemulihan spiritual yang jauh lebih besar dari sekadar kelimpahan materi. Ia adalah sumber kehidupan dan berkat sejati bagi umat manusia.
Bagi kita di masa kini, Yesaya 7:21 mengajarkan sebuah prinsip penting: iman di tengah kesulitan. Ketika kita menghadapi tantangan hidup, baik itu masalah pribadi, ekonomi, atau situasi sosial yang sulit, ayat ini mendorong kita untuk tidak putus asa. Sebaliknya, kita diajak untuk mempercayai bahwa Allah sanggup membawa kebaikan bahkan dari situasi yang paling sulit sekalipun. Kelimpahan yang dijanjikan mungkin tidak selalu berupa materi, tetapi bisa berupa kedamaian batin, kekuatan dalam penderitaan, atau solusi tak terduga yang datang dari Tuhan.
Pesan di balik ayat ini adalah tentang ketahanan iman dan harapan yang teguh. Bahkan ketika "setiap orang yang ditinggalkan di tengah-tengah negeri" menghadapi masa-masa sulit, janji pemeliharaan dan berkat tetap ada. Ini adalah undangan untuk melihat melampaui kesulitan saat ini, dan mengarahkan pandangan pada pemeliharaan dan kasih karunia Allah yang selalu tersedia, yang mampu mengubah kesedihan menjadi sukacita dan kekurangan menjadi kelimpahan.