"Karena Rezin, raja Aram, dan Pekah bin Remalya, raja Israel, telah bermaksud jahat terhadap engkau, katanya: 'Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menghancurkan negeri itu, dan mendudukinya sebagai raja, yakni menjadikan Daud bin Yisai raja di sana.'"
Ayat Yesaya 7:5 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda, di mana ancaman datang dari dua arah yang berbeda namun bersatu dalam niat jahat. Rezin, raja Aram (Suriah), dan Pekah, raja Israel (Kerajaan Utara), telah membentuk sebuah persekutuan militer yang tujuan utamanya adalah menyerang Yehuda. Teks ini tidak hanya menggambarkan sebuah konflik politik dan militer, tetapi juga sebuah ketegangan teologis di mana nubuatan profetik menjadi relevan.
Konteks sejarah di balik ayat ini adalah perebutan pengaruh dan kekuasaan di wilayah Kanaan. Kerajaan Israel yang terpecah belah, dengan Aram di utara, merasakan tekanan dari kekuatan yang lebih besar, yaitu Asiria. Dalam upaya bertahan hidup dan memperkuat posisi mereka, Pekah dari Israel bersekutu dengan Rezin dari Aram. Mereka melihat Yehuda, kerajaan selatan yang dipimpin oleh raja Ahaz pada saat itu, sebagai batu sandungan atau bahkan sebagai kesempatan untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka.
Niat jahat yang disebutkan dalam ayat ini sangatlah jelas: mereka berencana untuk menyerang Yehuda, menghancurkan negeri itu, dan kemudian mendudukinya. Namun, ada tujuan yang lebih spesifik dan mengejutkan: mereka berencana untuk mendudukkan "Daud bin Yisai" sebagai raja di Yerusalem. Ini menunjukkan ambisi yang lebih dari sekadar penaklukan teritorial. "Daud bin Yisai" merujuk pada garis keturunan Raja Daud, yang merupakan pendiri dinasti kerajaan Yehuda. Dengan menempatkan seseorang dari garis keturunan Daud yang mungkin dapat mereka kendalikan, Rezin dan Pekah berharap dapat mengintegrasikan Yehuda ke dalam sistem kekuasaan mereka atau setidaknya memastikan kesetiaan politik yang mereka inginkan. Ini adalah upaya untuk menggulingkan dinasti yang telah lama berkuasa dan memecah belah umat Allah secara politik dan spiritual.
Bagi Raja Ahaz dan rakyat Yehuda, berita tentang persekutuan ini pasti membawa ketakutan yang mendalam. Mereka berada di antara dua kekuatan yang lebih besar dan agresif. Nubuat Yesaya yang disampaikan kepada Ahaz, yang dimulai dengan ayat ini, berfungsi sebagai peringatan sekaligus dorongan untuk tidak gentar. Tuhan melalui Yesaya memberi tahu Ahaz bahwa rencana Aram dan Israel ini tidak akan berhasil sepenuhnya. Penekanan pada "Daud bin Yisai" juga memiliki makna profetis yang lebih dalam, merujuk pada janji Allah tentang Mesias yang akan datang dari garis keturunan Daud. Meskipun rencana manusia bersifat jahat dan mengancam, rencana Allah jauh lebih besar dan akan terwujud. Ayat ini menjadi pengingat bahwa dalam menghadapi ancaman eksternal, umat Allah dipanggil untuk mengandalkan Tuhan, bukan hanya pada kekuatan politik atau militer.
Kisah ini mengajarkan kita tentang bahaya persekutuan yang didasarkan pada niat jahat dan keinginan untuk mendominasi. Ini juga menekankan pentingnya iman dan kepercayaan pada kedaulatan Allah, bahkan ketika situasi tampak genting. Ancaman dari Aram dan Efraim, meskipun nyata dan menakutkan, pada akhirnya tidak mampu menggagalkan janji Allah tentang keturunan Daud yang akan memerintah selamanya.