"Aku akan mengambil saksi yang setia, yaitu Uria, imam itu, dan Zakharia bin Yeberekhya."
Firman Tuhan dalam Yesaya 8:2 ini, meskipun singkat, memuat makna yang mendalam tentang pentingnya saksi yang dapat dipercaya dan sumber kebenaran yang kokoh. Dalam konteks nubuat Nabi Yesaya, ayat ini muncul di tengah-tengah peringatan keras terhadap bangsa Israel yang telah berpaling dari Tuhan dan mencari pertolongan pada kekuatan duniawi. Tuhan berfirman bahwa Ia akan mendatangkan saksi-saksi-Nya, yaitu orang-orang yang akan menjadi bukti atas kebenaran firman-Nya dan atas penghakiman yang akan datang.
Penunjukan Uria dan Zakharia sebagai saksi bukanlah suatu kebetulan. Mereka adalah figur-figur yang mewakili otoritas dan kesaksian yang sah. Uria adalah seorang imam, yang seharusnya menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya, serta menjadi penjaga kebenaran Taurat. Zakharia, anak Yeberekhya, juga merupakan seorang tokoh yang dihormati. Keberadaan mereka sebagai saksi yang ditunjuk langsung oleh Tuhan menekankan bahwa setiap firman dan janji Tuhan memiliki dasar yang kuat dan tak tergoyahkan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki dasar yang kokoh dalam segala sesuatu yang kita yakini dan lakukan. Ketika dunia menawarkan berbagai macam pandangan dan 'kebenaran' yang seringkali bertentangan, kita dipanggil untuk mencari sumber kebenaran yang sejati. Alkitab, sebagai firman Tuhan, adalah sumber kebenaran ilahi yang tak pernah berubah. Di dalamnya, kita menemukan kesaksian tentang karakter Tuhan, rencana-Nya bagi manusia, dan jalan keselamatan melalui Yesus Kristus.
Lebih dari itu, kita juga dipanggil untuk menjadi saksi yang setia. Sama seperti Uria dan Zakharia ditunjuk untuk menyaksikan firman Tuhan, kita pun memiliki tanggung jawab untuk menyaksikan kebenaran Kristus dalam kehidupan kita. Kesaksian kita bukan hanya melalui perkataan, tetapi juga melalui tindakan, sikap, dan cara hidup kita yang mencerminkan kasih dan keadilan Tuhan. Dalam segala aspek kehidupan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun pergaulan, biarlah hidup kita menjadi bukti yang nyata akan kuasa firman Tuhan.
Memilih untuk berpegang pada firman Tuhan sebagai dasar kesaksian kita adalah langkah penting dalam menghadapi ketidakpastian zaman. Dengan menjadikan Alkitab sebagai pedoman, kita memiliki kepastian akan kebenaran yang abadi. Marilah kita terus belajar dan merenungkan firman Tuhan, sehingga kita dapat menjadi saksi-saksi-Nya yang setia, membawa terang kebenaran di tengah kegelapan dunia, dan menjadi sumber pengharapan bagi orang lain, sebagaimana Tuhan menunjuk saksi-saksi-Nya di masa lalu. Kesetiaan dalam kesaksian adalah panggilan ilahi yang patut kita jalani dengan penuh keyakinan.