"Dengarlah ini, hai para tua-tua, dan perhatikanlah, hai seluruh penduduk negeri! Pernahkah terjadi yang seperti ini pada zamanmu atau zaman nenek moyangmu?" (Yoel 1:2)
Ilustrasi visualisasi kehancuran akibat belalang dan gambaran harapan.
Kitab Yoel membuka dengan gambaran yang mengerikan: tanah Yehuda dilanda malapetaka yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seekor kawanan belalang yang luar biasa besar telah melahap segalanya. Setiap pohon anggur telah dirusak, setiap pohon ara telah dihabisi. Rumput telah dimakan habis, dan tanah menjadi tandus bagaikan padang gurun. Penduduk negeri, baik tua maupun muda, merasakan keputusasaan yang mendalam. Para imam dan tua-tua pun diliputi kebingungan, tidak tahu bagaimana menghadapi malapetaka ini.
Yoel menggambarkan kehancuran ini bukan hanya sebagai peristiwa alam, tetapi sebagai tanda peringatan dari Tuhan. Ia menyerukan umat-Nya untuk meratap, berkabung, dan berdoa. Ini adalah panggilan untuk introspeksi, pengakuan dosa, dan pertobatan. Bencana yang menimpa Yehuda adalah cerminan dari ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. Sungai-sungai mengering, ladang-ladang merana, dan bahkan binatang pun merintih karena ketiadaan rumput. Kehidupan sehari-hari menjadi sangat sulit, mencerminkan kekeringan spiritual yang melanda umat tersebut.
Namun, di tengah kehancuran itu, ada harapan. Yoel menyampaikan pesan penting dari Tuhan: pertobatan. "Kembalilah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, menangis, dan merataplah," demikian firman Tuhan. Ini bukan sekadar tindakan lahiriah, tetapi sebuah seruan untuk pertobatan hati yang tulus. Tuhan tidak menginginkan ritual kosong, melainkan perubahan batin yang mendalam. Ia adalah Allah yang penuh kasih karunia dan belas kasihan, lambat marah dan berlimpah kasih setia. Ia rindu untuk memulihkan umat-Nya jika mereka mau berbalik dari jalan-jalan mereka yang berdosa.
Ayat kedua dari pasal pertama, yang menjadi inti pesan awal, menekankan betapa luar biasanya bencana ini, mengindikasikan bahwa ini adalah momen krusial untuk merenungkan hubungan mereka dengan Tuhan. Kegagalan untuk mendengarkan peringatan ini dapat berujung pada konsekuensi yang lebih buruk. Namun, justru karena Tuhan adalah Allah yang adil sekaligus pengasih, Ia memberikan kesempatan untuk memperbaiki keadaan melalui pertobatan. Pesan ini relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa kesulitan hidup seringkali menjadi kesempatan untuk meninjau kembali kehidupan spiritual kita dan kembali kepada Tuhan.
Pasal kedua melanjutkan dengan gambaran yang lebih dahsyat mengenai "Hari TUHAN." Hari ini digambarkan sebagai waktu penghakiman yang mengerikan, bukan hanya bagi Yehuda, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Hari TUHAN akan menjadi gelap gulita, penuh dengan terompet sangkakala dan bunyi peperangan. Namun, Yoel juga menubuatkan bahwa di tengah kegelapan penghakiman, akan ada janji pemulihan yang luar biasa bagi mereka yang percaya kepada Tuhan.
Tuhan berjanji akan mencurahkan Roh-Nya ke atas segala makhluk. Anak-anak lelaki dan perempuan akan bernubuat, orang-orang tua akan bermimpi, dan orang-orang muda akan melihat penglihatan. Ini adalah janji yang mencakup semua lapisan masyarakat, menunjukkan keuniversalan anugerah Tuhan. Tanah yang tandus akan dipulihkan, hasil panen akan melimpah, dan berkat-berkat ilahi akan dicurahkan. Yoel menggambarkan pemulihan ini begitu nyata sehingga bahkan musuh-musuh Yehuda akan diusir. Inilah inti dari harapan yang ditawarkan: setelah penghakiman, Tuhan akan membawa keselamatan dan pemulihan yang abadi bagi umat-Nya yang bertobat. Kitab Yoel mengajak kita untuk melihat bahwa di balik setiap kesulitan dan peringatan ilahi, selalu ada kesempatan untuk perubahan dan janji masa depan yang penuh harapan.