"Terbangunlah, hai para pemabuk, dan menangislah! Keluhlah, hai semua peminum anggur, karena anggur manis telah dirampas dari mulutmu!"
Ilustrasi perumpamaan kehancuran akibat kesombongan dan kebiasaan buruk.
Kitab Yoel, sebuah wahyu profetik yang penuh dengan gambaran dramatis dan panggilan pertobatan yang kuat, memulai pesannya dengan seruan yang menggugah hati. Ayat pertama dari pasal pertama, Yoel 1:5, bukan sekadar ungkapan puitis, melainkan sebuah dekrit ilahi yang ditujukan kepada umat Tuhan yang tampaknya telah terjerumus dalam kemewahan dan kesibukan yang melalaikan. Sang nabi dipanggil untuk menyampaikan pesan yang tegas: "Terbangunlah, hai para pemabuk, dan menangislah! Keluhlah, hai semua peminum anggur, karena anggur manis telah dirampas dari mulutmu!" Kata-kata ini membawa bobot keseriusan yang luar biasa, menyoroti konsekuensi dari dosa dan penyimpangan dari jalan Tuhan.
Seruan ini ditujukan kepada "para pemabuk" dan "semua peminum anggur". Dalam konteks budaya pada masa itu, kebiasaan mengonsumsi anggur manis secara berlebihan bisa melambangkan kehidupan yang penuh kesenangan duniawi, pesta pora, dan lalai terhadap tanggung jawab spiritual serta sosial. Yoel tidak menghakimi sekadar konsumsi minuman, tetapi gaya hidup yang ditimbulkan olehnya. Kesenangan yang berlebihan ini telah membuat mereka "terbuai", tidak mampu melihat malapetaka yang mengintai. Ayat ini kemudian menyatakan akar dari ratapan mereka: "karena anggur manis telah dirampas dari mulutmu!" Ini adalah gambaran metaforis dari hilangnya berkat, kenikmatan, dan bahkan sumber kehidupan yang telah lama mereka nikmati. Hilangnya anggur manis ini bukan sekadar kehilangan minuman favorit, melainkan simbol dari hilangnya kemakmuran, kedamaian, dan perlindungan ilahi yang disebabkan oleh ketidaktaatan.
Pesan dalam Yoel 1:5 memiliki implikasi yang mendalam bagi kehidupan rohani dan keseharian kita. Ini mengingatkan kita bahwa kepuasan sementara yang didapatkan dari kesenangan duniawi yang berlebihan seringkali berakhir dengan kehampaan. Dosa, dalam bentuk apapun, memiliki konsekuensi yang akan membawa kita pada kehilangan yang menyakitkan. Seruan untuk "terbangun" dan "menangis" adalah undangan untuk kesadaran diri, pengakuan akan kesalahan, dan tindakan penyesalan yang tulus. Ini adalah panggilan untuk menghentikan siklus kelalaian dan kembali merangkul nilai-nilai kekal yang ditawarkan oleh Tuhan. Kehilangan "anggur manis" bisa diartikan sebagai hilangnya hubungan yang intim dengan Tuhan, kegagalan untuk menikmati berkat-berkat rohani, atau terputusnya aliran kasih karunia-Nya dalam hidup kita.
Nabi Yoel menggunakan bahasa yang kuat untuk menggambarkan betapa seriusnya situasi yang dihadapi umatnya. Ia memaksa mereka untuk menghadapi kenyataan pahit dari konsekuensi dosa mereka. Ayat ini bukan akhir dari pesan Yoel, melainkan pembuka yang dramatis untuk serangkaian nubuat tentang penghakiman yang akan datang serta harapan akan pemulihan. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kenikmatan sesaat yang dapat mengalihkan perhatian kita dari kebenaran ilahi. Ia mengajak kita untuk melakukan introspeksi: apakah ada "anggur manis" dalam hidup kita yang telah merampas keintiman kita dengan Tuhan? Apakah kesenangan duniawi telah membuat kita "terbuai" dan lalai terhadap panggilan-Nya? Seruan untuk menangis dan mengeluh adalah pengakuan bahwa kita membutuhkan pertobatan sejati, sebuah perubahan hati yang radikal, agar kita dapat kembali menikmati berkat-berkat rohani yang sejati dan abadi.