Ayat Yohanes 7:4 ini datang di tengah-tengah narasi yang menggambarkan Yesus menjelang Hari Raya Pondok Daun. Saudara-saudara Yesus sendiri mendesak-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunjukkan kuasa-Nya secara terbuka. Permintaan ini mengandung sebuah tantangan tersirat, sebuah keraguan akan klaim-Nya sebagai Mesias jika Ia tidak bertindak dengan cara yang spektakuler dan dapat dilihat oleh publik.
Namun, jawaban Yesus tidaklah seperti yang diharapkan oleh saudara-saudara-Nya. Ia menyatakan bahwa waktu-Nya belum tiba, dan bahwa Ia akan pergi naik ke Yerusalem pada waktu-Nya sendiri. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan penting: apa yang dimaksud dengan "waktu yang tepat" dan mengapa penting bagi seseorang, terutama bagi Anak Allah, untuk memahami dan menunggu saat yang paling sesuai untuk bertindak?
Mengapa "Waktu yang Tepat" Penting?
Frasa "Sebab tidak ada seorang pun yang berbuat sesuatu dalam rahasia kalau ia sendiri mencari kemasyhuran. Jika Engkau berbuat sesuatu, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia" menyiratkan sebuah prinsip yang mendasar tentang motivasi dan dampak dari sebuah tindakan. Saudara-saudara Yesus berasumsi bahwa tindakan yang mencari kemasyhuran harus dilakukan secara terbuka agar tujuannya tercapai. Sebaliknya, tindakan yang dilakukan dalam kerahasiaan kemungkinan besar memiliki motivasi yang berbeda, mungkin bukan untuk mencari pujian manusia.
Yesus, dalam pengertian ilahi-Nya, memiliki pemahaman yang mendalam tentang keselarasan antara kehendak Bapa-Nya dan waktu yang paling efektif untuk mewujudkan rencana keselamatan. Tindakan-Nya bukan didorong oleh keinginan untuk pamer atau mencari pengakuan sesaat dari manusia. Sebaliknya, setiap langkah, setiap pengajaran, dan setiap mukjizat yang Ia lakukan dijalankan dalam penurutan yang sempurna terhadap agenda ilahi. Menunggu waktu yang tepat bukanlah tanda kelemahan atau keraguan, melainkan tanda hikmat ilahi dan penyerahan diri pada kedaulatan Allah.
Hikmat dalam Penantian
Penolakan Yesus untuk segera bertindak secara terbuka pada saat yang diminta oleh saudara-saudara-Nya menunjukkan bahwa tujuan-Nya bukanlah untuk memuaskan ambisi manusiawi atau untuk membenarkan diri di mata dunia. Tujuan-Nya jauh lebih besar: untuk menyelesaikan misi penebusan yang telah ditetapkan oleh Bapa. Kehadiran-Nya di dunia, ajaran-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya harus terjadi pada momen yang tepat dalam rencana kekal Allah, agar memiliki dampak transformatif yang paling besar.
Kita sering kali tergoda untuk bertindak tergesa-gesa, didorong oleh keinginan untuk melihat hasil segera atau untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain. Namun, Yohanes 7:4 mengingatkan kita akan pentingnya kesabaran strategis dan penyerahan diri pada kehendak Allah. Seperti Yesus yang memahami kapan waktu yang tepat untuk tampil, kita pun dipanggil untuk belajar menanti dan bekerja dalam keselarasan dengan irama ilahi, mempercayakan bahwa setiap tindakan yang dilakukan dalam ketaatan kepada-Nya akan mencapai tujuannya pada waktu yang telah ditentukan. Memahami dan menghormati waktu ilahi ini adalah bagian integral dari iman yang dewasa dan mengandalkan Tuhan.