Ayat Yohanes 9:21 ini muncul dalam konteks penyembuhan seorang pria yang sejak lahir buta oleh Yesus. Peristiwa ini bukan hanya tentang pemulihan fisik semata, tetapi juga sebuah ujian iman dan penyingkapan kebenaran ilahi di hadapan orang banyak. Para pemimpin agama Yahudi, yang melihat mukjizat tersebut, merasa terpojok. Mereka tidak dapat menyangkal fakta bahwa seorang yang buta sejak lahir kini bisa melihat. Keadaan ini membingungkan mereka, karena penyembuhan tersebut dilakukan pada hari Sabat, yang menurut hukum Taurat, tidak boleh dilakukan pekerjaan apa pun.
Kalimat "Tetapi bagaimana sekarang ia dapat melihat, kami tidak tahu" mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk memahami cara kerja Tuhan. Bagi mereka, segala sesuatu harus masuk akal dalam kerangka hukum dan tradisi yang mereka pegang teguh. Mukjizat Yesus, yang melampaui pemahaman logis mereka, justru menjadi sumber kebingungan dan penolakan. Mereka mencoba mencari penjelasan rasional, tetapi kenyataannya terlalu kuat untuk diabaikan. Kenyataan bahwa mata yang tertutup sejak lahir kini terbuka adalah bukti yang tak terbantahkan dari kuasa ilahi.
Representasi visual dari pemulihan penglihatan.
Pertanyaan kedua, "atau siapakah yang membuka matanya, kami tidak tahu," semakin menunjukkan upaya mereka untuk mengalihkan perhatian dari Yesus. Mereka tidak mau menyebut nama-Nya atau mengakui otoritas-Nya. Alih-alih mencari kebenaran tentang siapa yang melakukan perbuatan ajaib itu, mereka lebih sibuk dengan aturan dan kepentingan diri sendiri. Mereka tahu bahwa Yesus adalah sumber penyembuhan, tetapi pengakuan tersebut akan berimplikasi pada penolakan mereka terhadap Yesus sebagai Mesias.
Terakhir, ungkapan "Tanyakanlah kepadanya, ia sudah dewasa, ia dapat menjawab sendiri" adalah sebuah tindakan melempar tanggung jawab yang licik. Mereka ingin mengalihkan investigasi kepada orang yang baru saja sembuh, dengan harapan pria itu akan memberikan kesaksian yang dapat mereka manipulasi atau sangkal. Ini adalah upaya untuk melepaskan diri dari situasi yang tidak nyaman bagi mereka. Namun, justru melalui pertanyaan ini, kesaksian pria itu menjadi semakin kuat. Ia dapat dengan jelas menyatakan bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya, dan bahwa Yesus adalah seorang nabi, bahkan lebih dari itu.
Kisah ini mengajarkan kita tentang berbagai respons manusia terhadap kebenaran ilahi. Ada yang terbingung dan menolak karena tidak sesuai dengan pemikiran mereka, ada yang mencoba mengabaikan atau mengalihkan perhatian dari sumber kebenaran, dan ada pula yang berani bersaksi meskipun menghadapi penolakan. Yohanes 9:21 menggambarkan pergulatan antara kebenaran yang nyata dan upaya manusia untuk menghindarinya, namun pada akhirnya, kebenaran itu tetaplah berkuasa dan akan selalu menemukan jalannya untuk dinyatakan.