Yosua 13:22 - "Dan Bileam bin Beor, para peramal itu, dibunuh juga oleh orang Israel dengan pedang, di tengah-tengah mereka yang terbunuh."

Ayat ini merupakan bagian dari catatan mengenai pembagian tanah Kanaan kepada suku-suku Israel setelah kemenangan mereka atas bangsa-bangsa di wilayah tersebut. Pembahasan ini berfokus pada dua hal utama: pembagian tanah warisan dan keadilan ilahi terhadap mereka yang menentang rencana Tuhan. Yosua 13:22 secara spesifik menyoroti akhir dari Bileam, seorang tokoh yang memiliki peran penting namun kontroversial dalam perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian.

Kisah Bileam dicatat dalam Kitab Bilangan. Ia adalah seorang nabi atau peramal yang disewa oleh Balak, raja Moab, untuk mengutuk bangsa Israel. Balak percaya bahwa dengan mengutuk Israel, ia dapat mengalahkan mereka dalam pertempuran. Namun, Tuhan secara ilahi campur tangan, memaksa Bileam untuk memberkati Israel alih-alih mengutuknya. Meskipun demikian, Bileam menemukan cara licik untuk menjatuhkan Israel secara moral. Ia menasihati Balak untuk menggoda orang Israel agar melakukan kebejatan seksual dan menyembah berhala-berhala Moab. Strategi ini berhasil mendatangkan murka Tuhan dan membawa kesusahan besar bagi bangsa Israel.

Ketika Yosua dan para pemimpin Israel melanjutkan pembagian tanah Kanaan, mereka juga menegakkan keadilan Tuhan. Bileam, yang telah berkonspirasi melawan umat Tuhan, tidak dapat lolos dari hukuman. Ayat Yosua 13:22 menegaskan bahwa ia akhirnya dibunuh oleh orang Israel dengan pedang. Ini bukan hanya eksekusi hukuman mati, tetapi juga simbol pembersihan dan penghakiman ilahi atas kejahatan yang dilakukan terhadap umat pilihan Tuhan.

Ayat ini mengajarkan beberapa kebenaran penting. Pertama, Tuhan melihat dan menghakimi mereka yang berniat jahat terhadap umat-Nya. Rencana jahat Bileam, meskipun tampak cerdik, pada akhirnya berbalik melawannya. Kedua, kemenangan dan keberhasilan Israel dalam memperoleh Tanah Perjanjian tidak hanya bergantung pada kekuatan militer mereka, tetapi juga pada kesetiaan mereka kepada Tuhan dan penegakan keadilan-Nya. Membunuh Bileam adalah bagian dari proses membersihkan tanah dari pengaruh jahat dan memastikan bahwa umat Israel dapat hidup di tanah yang telah dijanjikan tanpa diganggu oleh musuh-musuh rohani.

Dalam konteks pembagian tanah, ayat ini mengingatkan bahwa warisan dan berkat Tuhan sering kali datang setelah perjuangan dan pembersihan. Tanah Kanaan yang subur dan berlimpah tidak hanya diberikan begitu saja; bangsa Israel harus berperang untuk merebutnya dan membersihkannya dari penghuni aslinya yang sering kali mempraktikkan kejahatan. Tindakan menghukum Bileam adalah bagian dari pembersihan itu. Ini menunjukkan bahwa penegakan keadilan ilahi adalah aspek penting dari pemenuhan janji-janji Tuhan. Yosua 13:22 menjadi pengingat yang kuat akan konsekuensi dari berkhianat kepada Tuhan dan umat-Nya, serta penegasan bahwa keadilan-Nya akan selalu ditegakkan.