"Semua penduduk tanah itu, orang-orang Libanon, mulai dari Gunung Baal-Hermon sampai ke Lebo-Hamat, semuanya itu akan Aku halau dari hadapan orang Israel. Tentukanlah itu menjadi tanah pusakamu, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu."
Ayat Yosua 13:6 merupakan bagian penting dari narasi penaklukan Kanaan. Setelah kematian Yosua bin Nun, bangsa Israel dihadapkan pada tugas besar untuk mengklaim tanah perjanjian yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepada nenek moyang mereka. Ayat ini secara spesifik menunjuk pada area pegunungan Libanon yang luas, membentang dari Gunung Baal-Hermon hingga Lebo-Hamat, sebagai wilayah yang harus mereka kuasai. Perintah Tuhan dalam ayat ini sangat jelas: "Semuanya itu akan Aku halau dari hadapan orang Israel." Ini menegaskan kembali otoritas Tuhan dan janji-Nya untuk memberikan kemenangan bagi umat-Nya.
Tugas membagi-bagikan tanah ini sebenarnya telah dimulai sejak masa Yosua masih hidup, namun di ayat ini, perintah tersebut datang lagi untuk memastikan bahwa tidak ada bagian dari tanah yang telah dijanjikan yang terlewatkan. Ini menunjukkan betapa seriusnya Tuhan dalam menepati janji-Nya, namun juga betapa pentingnya partisipasi aktif dari umat-Nya dalam mewujudkan janji tersebut. Bangsa Israel diperintahkan untuk "menentukanlah itu menjadi tanah pusakamu." Kata "menentukan" di sini menyiratkan adanya tindakan strategis, pembagian yang adil, dan penguasaan atas wilayah yang diberikan. Ini bukan sekadar pemberian pasif, melainkan sebuah warisan yang harus diambil dan dijaga.
Dalam konteks sejarah, penguasaan atas seluruh tanah Kanaan ternyata memakan waktu yang sangat panjang dan tidak sepenuhnya tuntas di masa kepemimpinan Yosua. Namun, ayat ini memberikan landasan ilahi yang kuat bahwa wilayah tersebut memang adalah hak Israel. Hal ini mengajarkan kita bahwa seringkali dalam kehidupan rohani pun, ada janji-janji Tuhan yang perlu kita perjuangkan untuk digenapi. Janji Tuhan selalu pasti, namun seringkali ada proses yang harus dilalui, ujian yang harus dihadapi, dan keberanian yang harus ditunjukkan untuk mengklaim apa yang telah dijanjikan.
Perintah untuk mengusir penduduk asli menunjukkan bahwa penaklukan ini bukan hanya soal pembagian wilayah, tetapi juga soal pemurnian tanah dari praktik-praktik kejahatan yang ada. Tuhan ingin umat-Nya hidup dalam kekudusan dan ketaatan. Yosua 13:6 bukan hanya catatan sejarah tentang pembagian tanah, tetapi juga sebuah pengingat akan kesetiaan Tuhan dalam menepati janji-Nya, serta panggilan bagi kita untuk berani melangkah, mengklaim, dan mendiami berkat-berkat rohani yang telah disediakan bagi kita dalam Kristus. Mengusir "penduduk asli" di hati kita yang menghalangi pertumbuhan rohani adalah bagian dari proses mengklaim tanah perjanjian kita.