"Dan Allah berfirman kepada Yosua: 'Engkau telah tua dan telah lanjut umurmu, dan tanah yang masih patut diperoleh itu amat luas, sedang pada pihak orang Feris dan orang Refaim masih ada tanah yang patut diperoleh.'"
Ilustrasi perbukitan dan matahari terbit yang melambangkan tanah perjanjian.
Ayat Yosua 17:3 merupakan bagian penting dari narasi penaklukan dan pembagian tanah Kanaan. Dalam kitab Yosua, dikisahkan bagaimana bangsa Israel, di bawah pimpinan Yosua, berhasil merebut tanah yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham dan keturunannya. Proses pembagian tanah ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat banyaknya suku dan keluarga yang harus mendapatkan bagian mereka.
Ayat spesifik ini merujuk pada percakapan antara Allah dan Yosua. Allah mengingatkan Yosua bahwa meskipun banyak tanah telah berhasil direbut, masih ada area yang luas dan belum terjamah. Ada pula suku-suku Kanaan yang masih mendiami wilayah tersebut, seperti orang Feris dan orang Refaim. Kalimat "Engkau telah tua dan telah lanjut umurmu" menunjukkan bahwa tugas besar ini telah memakan waktu dan tenaga, dan Yosua sendiri sudah mencapai usia lanjut. Namun, Allah tidak mengizinkan tugas ini terhenti begitu saja.
Pernyataan Allah ini mengandung dua pesan utama: pengakuan atas apa yang telah dicapai, dan pengingat akan pekerjaan yang masih tersisa. Ini menunjukkan bahwa rencana Allah seringkali melibatkan proses berkelanjutan dan tantangan yang harus dihadapi. Tanah yang masih patut diperoleh itu luas, mengindikasikan potensi dan peluang yang besar bagi bangsa Israel untuk berkembang dan meneguhkan keberadaan mereka di tanah yang baru.
Namun, ada pula unsur peringatan. Keberadaan suku-suku seperti orang Feris dan Refaim menandakan bahwa tanah itu tidak serta merta kosong. Ini berarti bangsa Israel harus siap menghadapi perlawanan, dan yang terpenting, mereka harus tetap setia pada perintah Allah untuk menyingkirkan penduduk asli dan tidak mengadopsi cara hidup serta penyembahan berhala mereka. Gagal melakukan hal ini akan menjadi sumber masalah dan kegagalan di masa depan, seperti yang terbukti dalam sejarah Israel.
Dari sudut pandang teologis, Yosua 17:3 menekankan kedaulatan Allah atas segala sesuatu, termasuk pemberian tanah. Allah yang memberikan janji, dan Allah pula yang menuntun serta memberikan kekuatan untuk menggenapinya. Namun, penggenapan janji ini seringkali membutuhkan partisipasi aktif dan ketaatan umat-Nya. Allah tidak bekerja secara otomatis tanpa respon dari manusia.
Secara praktis, ayat ini mengajarkan pentingnya tidak berpuas diri dengan pencapaian yang sudah ada. Selalu ada ruang untuk pertumbuhan, perbaikan, dan ekspansi, baik dalam skala pribadi, komunal, maupun spiritual. Ada juga pelajaran tentang menghadapi tantangan. Musuh-musuh yang masih ada di tanah perjanjian adalah simbol dari rintangan-rintangan dalam hidup kita yang harus kita atasi dengan iman dan keberanian, sambil tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ilahi.
Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa tugas-tugas besar seringkali membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Yosua, meskipun sudah tua, tetap harus memimpin pembagian tanah. Ini adalah pengingat bagi para pemimpin dan juga bagi setiap individu untuk tidak menyerah pada tugas yang diberikan Tuhan, bahkan ketika tantangan terasa berat atau usia semakin lanjut. Pelajaran dari Yosua 17:3 tetap relevan hingga kini, memberikan inspirasi dan panduan bagi kita dalam perjalanan iman dan kehidupan.