"Masih banyak dari negeri itu yang belum diwarisi."
Ilustrasi peta wilayah Kanaan yang luas, menandakan banyaknya area yang belum diklaim.
Ayat Yosua 18:2 membawa kita pada sebuah titik krusial dalam kisah bangsa Israel. Setelah bertahun-tahun diperjuangkan, tanah perjanjian Kanaan telah berhasil direbut sebagian besar. Namun, di tengah kemenangan dan penaklukan, muncul kesadaran yang mengejutkan: "Masih banyak dari negeri itu yang belum diwarisi." Kalimat sederhana ini menyimpan makna yang mendalam mengenai tantangan, tanggung jawab, dan keadilan yang harus dijalankan oleh umat pilihan Allah.
Pada fase ini, kepemimpinan Yosua dan para tua-tua bangsa Israel menghadapi tugas yang tidak ringan. Tanah Kanaan bukan hanya sekadar wilayah geografis, melainkan janji Allah yang harus digenapi. Pembagian tanah ini adalah sebuah proses yang membutuhkan perencanaan matang, keadilan yang tak memihak, dan ketelitian dalam pengukuran. Tujuannya adalah agar setiap suku mendapatkan bagiannya sesuai dengan ketetapan ilahi dan kebutuhan mereka. Pernyataan bahwa "masih banyak negeri yang belum diwarisi" menunjukkan bahwa penaklukan fisik hanyalah langkah awal. Pekerjaan yang lebih rumit, yaitu pembagian dan penyerahan warisan, baru saja akan dimulai.
Pernyataan Yosua 18:2 tidak hanya menggambarkan situasi geografis, tetapi juga aspek spiritual dan sosial. "Sisa" tanah ini bisa jadi merupakan wilayah yang lebih sulit untuk dikuasai, dihuni oleh penduduk asli yang masih kuat, atau area yang kompleks secara topografi. Ini menuntut umat Israel untuk tidak berpuas diri dengan apa yang sudah mereka miliki, melainkan terus bergerak maju dalam iman, menghadapi tantangan yang ada dengan keberanian dan mengandalkan pimpinan Tuhan.
Lebih dari itu, pembagian tanah ini juga menjadi ujian bagi persatuan bangsa Israel. Pembagian yang tidak adil dapat menimbulkan perselisihan antar suku. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk mengingat kembali janji Allah dan prinsip-prinsip keadilan yang telah diajarkan. Yosua memanggil tujuh suku yang belum menerima warisan mereka, menandakan bahwa proses ini adalah tanggung jawab bersama yang harus diselesaikan secara sistematis. Ini adalah pengingat bahwa setiap bagian dari janji Tuhan penting untuk digenapi, dan setiap anggota umat-Nya berhak menerima bagiannya.
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa sebuah perjalanan spiritual atau pencapaian tujuan seringkali tidak berhenti pada satu titik keberhasilan. Selalu ada "sisa" tugas, tanggung jawab yang belum tuntas, atau area yang membutuhkan perhatian lebih. Penting bagi kita untuk memiliki visi yang jelas, tidak mudah berpuas diri, dan terus berupaya menyelesaikan pekerjaan yang telah dipercayakan kepada kita, dengan mengandalkan hikmat dan kekuatan dari Sang Pemberi Janji. Yosua 18:2 menjadi pengingat akan pentingnya ketekunan, keadilan, dan penyelesaian tugas hingga akhir.