"Dan Zelach, dan Hogla, dan Zitem,"
Dalam kitab Yosua, pasal 18, ayat 28, kita menemukan sebuah daftar singkat nama-nama keluarga dalam suku Zebulon yang menerima bagian tanah pusaka mereka di Kanaan. Ayat ini, "Dan Zelach, dan Hogla, dan Zitem," mungkin tampak sekilas hanya sebagai sebuah enumerasi nama, namun di dalamnya terkandung makna historis dan teologis yang penting. Ayat ini menjadi penutup dari pendataan dan pembagian tanah bagi suku-suku Israel di wilayah yang dijanjikan, sebuah momen krusial setelah bertahun-tahun pengembaraan di padang gurun dan penaklukan di bawah kepemimpinan Yosua.
Pemberian tanah ini bukanlah sekadar alokasi lahan fisik semata. Ia merupakan pemenuhan janji Allah kepada Abraham dan keturunannya, sebuah tanda konkret dari kesetiaan Tuhan yang tidak pernah goyah. Bagi bangsa Israel, tanah ini adalah simbol dari perhentian, keamanan, dan identitas sebagai umat yang dipilih. Setelah diperbudak di Mesir dan berjalan selama empat puluh tahun di padang gurun, mendapatkan tanah di Kanaan adalah pencapaian luar biasa yang hanya bisa terjadi karena campur tangan ilahi.
Nama-nama Zelach, Hogla, dan Zitem, mewakili keluarga-keluarga spesifik dalam suku Zebulon. Keberadaan mereka dalam catatan ini menekankan bahwa setiap individu dan setiap keluarga memiliki tempat dalam rencana Allah. Pembagian tanah ini dilakukan secara sistematis, melalui undian, yang menunjukkan bahwa meskipun ada unsur kebetulan, seluruh proses tetap berada di bawah kendali dan penyelenggaraan Tuhan. Tidak ada yang terlewatkan; setiap suku dan setiap keluarga mendapatkan bagian mereka sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam konteks yang lebih luas, Yosua 18:28 mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan dalam menjalankan perintah Tuhan dan dalam menepati janji-Nya. Tuhan telah berjanji kepada bangsa Israel, dan melalui Yosua, janji itu digenapi. Ini mengajarkan kita bahwa Allah adalah Tuhan yang dapat dipercaya, yang selalu menepati firman-Nya. Kita pun sebagai umat percaya saat ini, dipanggil untuk hidup dalam keyakinan yang sama, bahwa janji-janji-Nya selalu ya dan amin.
Pelajaran dari pembagian tanah ini juga mencakup pentingnya hidup dalam kesatuan dan kerukunan sebagai umat Allah. Meskipun setiap suku mendapatkan bagiannya sendiri, mereka tetap menjadi satu bangsa yang dipersatukan oleh perjanjian dan tujuan yang sama: hidup di bawah kekuasaan Allah dan mengabdi kepada-Nya. Nama-nama seperti Zelach, Hogla, dan Zitem mengingatkan kita bahwa di balik angka dan statistik, ada orang-orang nyata dengan kehidupan, harapan, dan tempat mereka masing-masing di dalam Kerajaan Allah.
Ayat Yosua 18:28, meskipun singkat, membuka jendela pemahaman yang luas tentang bagaimana Allah mengatur umat-Nya, memelihara kesetiaan-Nya, dan menyediakan bagi setiap kebutuhan mereka. Ia adalah pengingat bahwa Allah tidak pernah melupakan umat-Nya, bahkan dalam detail terkecil sekalipun. Pemberian tanah ini menjadi dasar bagi eksistensi bangsa Israel di tanah perjanjian, sebuah fondasi yang kuat yang dibangun di atas dasar kesetiaan dan kebaikan ilahi.