"Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu, dan undi jatuh kepada Matias. Maka ia termasuk bilangan kedua belas rasul itu."
Peristiwa yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:26 merupakan momen krusial dalam sejarah awal Kekristenan. Setelah kenaikan Yesus ke surga, para murid yang berkumpul di Yerusalem menyadari bahwa ada sebuah kekosongan yang perlu diisi. Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas rasul yang dipilih Yesus, telah mengkhianati-Nya dan kemudian bunuh diri. Kepergian Yudas meninggalkan lubang dalam formasi kepemimpinan yang krusial bagi kelangsungan misi Yesus di bumi.
Menyikapi situasi ini, Petrus, sebagai pemimpin para rasul, mengambil inisiatif untuk membahas masalah ini. Ia mengingatkan para murid akan nubuat dalam Mazmur 109:8, yang menyatakan, "Biarlah orang lain mengambil jabatannya." Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan pengganti Yudas bukanlah sekadar gagasan manusia, melainkan sebuah penggenapan kehendak ilahi. Perintahnya jelas: harus ada seseorang yang telah menyertai mereka selama Yesus hidup bersama mereka, mulai dari pembaptisan Yohanes sampai hari Yesus diangkat ke surga, yang akan menjadi saksi kebangkitan-Nya bersama mereka.
Dua orang calon diajukan: Yusuf, yang disebut Barsabas dan juga Barnabas, dan Matias. Keduanya telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Mereka telah menjadi bagian dari komunitas murid sejak awal pelayanan Yesus. Hal ini penting, karena seorang rasul tidak hanya dipilih untuk menjadi pemimpin, tetapi juga untuk menjadi saksi mata yang otentik mengenai kehidupan, ajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus. Kesaksian mereka akan menjadi landasan penting bagi pemberitaan Injil kepada dunia.
Namun, di hadapan dua pilihan yang sama-sama layak, para murid tidak mengambil keputusan sendiri. Mereka berdoa. Doa ini menegaskan ketergantungan mereka kepada Tuhan. Mereka mengakui bahwa hanya Tuhan yang mengetahui isi hati setiap orang. Mereka memohon agar Tuhanlah yang menentukan siapa yang dipilih-Nya untuk mengisi posisi rasul yang hilang itu. Tindakan ini mencerminkan kerendahan hati dan keyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana yang sempurna.
Kemudian, mereka melakukan pembuangan undi. Ini adalah metode kuno untuk menyerahkan keputusan kepada kehendak Tuhan. Hasilnya, undi jatuh kepada Matias. Dengan demikian, Matias resmi diakui sebagai rasul yang ke-12, menggantikan Yudas. Pemilihan Matias ini menandai dimulainya fase baru dalam pelayanan para rasul. Mereka kini lengkap kembali, siap untuk melanjutkan tugas yang telah diamanatkan oleh Yesus, yaitu memberitakan Injil dan mendirikan Kerajaan Allah di bumi. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepemimpinan yang otentik, ketergantungan pada Tuhan dalam mengambil keputusan, dan bagaimana Tuhan bekerja untuk menggenapi rencana-Nya, bahkan di tengah kehilangan.