Yosua 24:28

"Sesudah itu Yosua menyuruh bangsa itu pergi, masing-masing ke daerah warisannya."

Awal Persimpangan Tujuan 1 Tujuan 2

Sebuah visualisasi tentang perjalanan dan tujuan yang berbeda setelah satu titik keputusan.

Yosua 24:28 menandai sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah memimpin mereka melewati perjalanan panjang, dari perbudakan di Mesir hingga penguasaan tanah perjanjian Kanaan, Yosua, sang pemimpin yang setia, kembali mengingatkan mereka tentang kesetiaan Tuhan. Ayat ini menjadi penutup dari sebuah pertemuan besar di Sikhem, di mana Yosua telah memaparkan kembali seluruh perbuatan besar Tuhan bagi umat-Nya. Ia bukan hanya menceritakan sejarah, tetapi juga mengajak mereka untuk membuat pilihan yang tegas: melayani Tuhan atau melayani ilah-ilah lain.

Pernyataan Yosua, "Sesudah itu Yosua menyuruh bangsa itu pergi, masing-masing ke daerah warisannya," bukanlah sekadar perintah untuk bubar. Ini adalah implikasi dari keputusan yang telah dibuat. Bangsa Israel telah dipersembahkan kepada Tuhan, dan kini mereka akan kembali ke kehidupan sehari-hari mereka di tanah yang telah dianugerahkan. Namun, kepulangan mereka bukanlah kembali ke rutinitas tanpa makna. Setiap keluarga, setiap suku, akan menduduki wilayah mereka di Kanaan. Ini adalah tanah yang dijanjikan, bukti nyata dari janji Tuhan yang telah digenapi. Dalam setiap aspek kehidupan mereka selanjutnya, dari pertanian hingga permukiman, mereka diingatkan akan perjanjian mereka dengan Tuhan.

Konteks sebelum ayat ini sangatlah penting. Yosua telah berulang kali menekankan pentingnya "takut akan TUHAN dan beribadah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia" (Yosua 24:14). Ia menantang mereka untuk memilih siapa yang akan mereka sembah, dan bangsa itu dengan lantang menyatakan, "Jauhlah dari pada kami untuk meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah lain" (Yosua 24:16). Pernyataan ini disambut oleh Yosua dengan peringatan bahwa mereka tidak akan sanggup melayani Tuhan jika mereka berpaling, karena Tuhan adalah Allah yang kudus dan cemburu. Namun, bangsa itu tetap teguh pada pilihan mereka.

Oleh karena itu, ketika Yosua menyuruh mereka pergi ke daerah warisan masing-masing, itu berarti mereka akan menjalani kehidupan di tanah perjanjian ini dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab iman mereka. Wilayah warisan mereka bukan hanya sekadar tanah geografis, melainkan juga wilayah rohani tempat mereka harus menjaga kesetiaan kepada Tuhan. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kekudusan, kebenaran, dan ketaatan dalam segala aspek kehidupan, baik secara pribadi maupun komunal. Setiap keluarga yang menempati daerahnya harus menjadi terang bagi bangsa-bangsa di sekitar yang masih menyembah berhala.

Makna dari Yosua 24:28 melampaui masa lalu bangsa Israel. Bagi kita di masa kini, ayat ini mengajarkan bahwa setelah membuat komitmen iman kepada Tuhan, kita dipanggil untuk menerapkan komitmen itu dalam kehidupan sehari-hari kita. Kita tidak dipanggil untuk hidup terisolasi, tetapi untuk menjadi saksi Tuhan di tempat kita masing-masing—di keluarga, di tempat kerja, di lingkungan sosial, dan di mana pun kita berada. Tanah warisan kita, dalam pengertian rohani, adalah tempat di mana kita harus mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan. Janji dan peringatan Yosua terus bergema, mengingatkan kita untuk terus berpegang teguh pada Tuhan dan menjalankan mandat-Nya.