Lalu kata mereka kepada Yosua: "Hamba-hambamu ini datang dari negeri yang jauh, oleh sebab itu, buatlah perjanjian dengan kami."
Ayat Yosua 9:8 ini merupakan bagian krusial dari kisah di mana orang Gibeon menipu bangsa Israel. Dalam konteks sejarahnya, bangsa Israel di bawah pimpinan Yosua baru saja menaklukkan dua raja Amori dan bersiap untuk menghadapi kota-kota lain di Kanaan. Ketakutan akan kekuatan militer Israel yang telah terbukti membuat bangsa-bangsa lain berusaha mencari cara untuk bertahan hidup. Orang Gibeon, yang menyadari bahwa mereka tidak dapat mengalahkan Israel dalam pertempuran, memilih strategi penipuan.
Mereka tidak datang menghadap Yosua dengan senjata atau taktik perang, melainkan dengan penampilan yang meyakinkan sebagai utusan dari negeri yang jauh. Pakaian mereka yang lusuh, kantung air yang sudah tua dan berlubang, serta roti yang kering dan keras, semuanya adalah bukti palsu yang sengaja mereka siapkan untuk meyakinkan Yosua dan para pemimpin Israel bahwa mereka telah melakukan perjalanan yang sangat panjang. Permintaan mereka untuk membuat perjanjian adalah inti dari penipuan ini, karena mereka berharap dengan perjanjian tersebut, kehidupan mereka akan terlindungi.
Kisah ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Pertama, tentang pentingnya kebijaksanaan. Yosua dan para pemimpin Israel, alih-alih segera menyerang orang Gibeon, malah mendengarkan permintaan mereka. Ini menunjukkan adanya kesediaan untuk berdialog, sebuah tindakan yang, dalam banyak situasi lain, bisa menjadi langkah bijak. Namun, ayat ini juga menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan.
Kesalahan terbesar Israel dalam kejadian ini adalah mereka tidak bertanya kepada Tuhan. Mereka bertindak berdasarkan perkiraan dan bukti fisik yang disajikan, tanpa memohon petunjuk ilahi. "Maka orang Israel diundang menyantap hidangan mereka, tetapi mereka tidak meminta nasihat TUHAN." (Yosua 9:14). Akibatnya, mereka terikat oleh perjanjian yang dibuat berdasarkan kebohongan. Ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan semata tanpa hikmat dari Tuhan dapat berujung pada kesalahan yang fatal.
Kisah Yosua 9 mengajarkan bahwa dalam mengambil keputusan penting, terutama yang menyangkut hubungan dengan orang lain atau situasi yang berpotensi kompleks, kita perlu menggabungkan kearifan dengan doa dan penyerahan diri kepada Tuhan. Kebijaksanaan yang hanya mengandalkan akal manusia bisa menjadi lemah dan mudah tertipu. Di sisi lain, ketika kita mendekati masalah dengan hati yang terbuka, hati yang bertanya kepada Tuhan, dan mata yang waspada terhadap kemungkinan penipuan, kita lebih mampu membuat keputusan yang benar dan aman. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak cepat percaya pada apa yang terlihat, melainkan mencari kebenaran yang lebih dalam dan bimbingan ilahi.