Kisah Nabi Yunus AS adalah salah satu cerita paling menggugah dalam Al-Qur'an, yang sarat akan pelajaran tentang kesabaran, pertobatan, dan rahmat Allah SWT. Ayat 2 dan 3 dari Surat Yunus, meskipun tidak secara langsung menyebutkan peristiwa ditelan ikan paus, namun mengisahkan secara umum mengenai siksa yang menimpa kaum yang tidak beriman dan bagaimana pertobatan menyelamatkan mereka. Kisah lengkapnya tersebar di beberapa surat, salah satunya dalam Surat Al-Anbiya' ayat 87, seperti yang tertera di awal judul artikel ini.
Nabi Yunus diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk Ninawa, sebuah kota besar di Mesopotamia (kini Irak). Namun, penduduk Ninawa dikenal keras kepala dan enggan beriman kepada Allah. Mereka terus-menerus menolak ajaran yang disampaikan Nabi Yunus. Merasa putus asa dan mungkin dalam kemarahan atas penolakan mereka yang tiada henti, Nabi Yunus akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kaumnya tanpa izin dari Allah.
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Nabi Yunus pergi dalam keadaan marah. Tindakannya meninggalkan kaumnya ini merupakan sebuah bentuk ketidaktaatan. Ia pergi ke pelabuhan dan menaiki sebuah kapal. Namun, takdir Allah berkata lain. Kapal tersebut menghadapi badai hebat, dan untuk mengurangi beban, dilakukanlah undian untuk membuang salah satu penumpang ke laut. Ajaibnya, nama Nabi Yunus keluar berulang kali dalam undian tersebut. Akhirnya, ia pun terpaksa menceburkan diri ke laut.
Di sinilah cobaan terbesarnya dimulai. Allah SWT kemudian memerintahkan seekor ikan paus yang besar untuk menelan Nabi Yunus. Ini bukanlah hukuman semata, melainkan sebuah ujian dan cara Allah untuk mendidiknya. Nabi Yunus berada di dalam perut ikan paus selama berhari-hari, dalam kegelapan yang pekat. Kegelapan di dalam perut ikan paus, kegelapan di dasar laut, dan kegelapan malam menjadi saksi bisu penyesalannya.
Dalam kegelapan yang mencekam itu, Nabi Yunus tidak berputus asa. Ia merenungi kesalahannya dan memohon ampunan kepada Allah. Kalimat dzikir dan pengakuan dosa yang ia panjatkan begitu tulus: "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." Doa ini menunjukkan kesadaran penuhnya atas kesalahan yang telah diperbuat, yaitu meninggalkan tugas kenabiannya tanpa izin dari Allah dan rasa marahnya yang menguasai.
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Atas doa tulus Nabi Yunus, Allah berkenan mengabulkannya. Ikan paus itu diperintahkan untuk memuntahkan Nabi Yunus ke daratan. Ia ditemukan dalam keadaan lemah, namun selamat. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga baginya. Ia belajar pentingnya kesabaran dalam berdakwah, keharusan menaanti perintah Allah, dan bagaimana pertobatan yang sungguh-sungguh dapat menyelamatkan diri dari kesulitan yang paling mengerikan.
Setelah peristiwa ini, Nabi Yunus kembali kepada kaumnya. Kali ini, penduduk Ninawa telah menyadari kesalahan mereka. Melihat azab yang hampir menimpa, mereka akhirnya beriman dan bertaubat. Allah pun menerima taubat mereka dan menyelamatkan seluruh kota dari malapetaka yang telah dijanjikan. Kisah ini menegaskan bahwa tidak ada pintu taubat yang tertutup bagi hamba-Nya yang tulus menyesali perbuatannya dan memohon ampunan. Allah selalu membuka tangan-Nya bagi siapa saja yang kembali kepada-Nya.
Pelajarannya jelas bagi kita semua: kesabaran dalam menghadapi cobaan, kehati-hatian agar tidak bertindak atas dasar emosi semata, dan yang terpenting, keyakinan bahwa Allah selalu mendengar doa hamba-Nya yang bertobat. Sebagaimana Nabi Yunus yang diselamatkan dari kegelapan oleh pertobatannya, kita pun dapat menemukan jalan keluar dari setiap kesulitan dengan mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampunan-Nya.