"Berkatalah Ia kepadaku: 'Serukanlah, demikian firman TUHAN semesta alam: Aku menjadi cemburu karena Yerusalem dan Sion dengan cemburu yang hebat."
Ayat Zakharia 1:14 ini membuka sebuah jendela ke dalam hati Allah, mengungkapkan sebuah emosi yang seringkali kita pahami dengan cara yang sangat manusiawi. Frasa "cemburu yang hebat" mungkin terdengar negatif di telinga kita, namun dalam konteks ilahi, ia memancarkan kepedulian yang mendalam dan keteguhan terhadap umat-Nya. Allah bukanlah sosok yang acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi pada umat pilihan-Nya, Yerusalem, dan Sion. Sebaliknya, Ia memiliki ikatan yang kuat, serupa dengan ikatan kasih yang penuh semangat.
Kecemburuan ilahi ini bukanlah kecemburuan posesif yang didorong oleh ketidakamanan, melainkan kecemburuan kudus yang muncul dari kasih dan kesetiaan-Nya. Allah mengasihi umat-Nya dan menginginkan yang terbaik bagi mereka. Ketika umat-Nya berpaling dari jalan-Nya, menyembah berhala, atau jatuh ke dalam dosa, hal itu melukai hati-Nya dan mendatangkan murka-Nya. Namun, di balik murka itu selalu ada kerinduan untuk pemulihan dan keselamatan. Ayat ini menegaskan bahwa Allah sangat peduli terhadap keadaan spiritual umat-Nya.
Konteks historis Zakharia menggarisbawahi makna ayat ini. Umat Israel baru saja kembali dari pembuangan di Babel. Bait Allah sedang dibangun kembali, namun masih banyak tantangan dan rintangan. Dalam situasi seperti ini, Allah melalui Zakharia ingin meyakinkan mereka bahwa Ia tidak melupakan mereka. Ia memandang mereka dengan "cemburu yang hebat," artinya Ia begitu bersemangat dan terikat pada perjanjian-Nya dengan mereka. Allah tidak pernah menyerah pada janji-janji-Nya, dan Ia akan terus bekerja untuk memulihkan umat-Nya dan mendirikan kerajaan-Nya.
"Yerusalem dan Sion" dalam ayat ini bukan hanya merujuk pada kota fisik dan bukit Sion, tetapi juga melambangkan umat Allah secara keseluruhan, serta tempat kediaman dan persekutuan dengan-Nya. Allah sangat peduli pada kesucian tempat ibadah-Nya, pada kebenaran dalam umat-Nya, dan pada kedekatan hubungan antara diri-Nya dan umat-Nya. Kecemburuan-Nya adalah dorongan untuk menjaga kekudusan-Nya dan memulihkan hubungan yang rusak.
Oleh karena itu, Zakharia 1:14 mengajarkan kita untuk memahami Allah sebagai Pribadi yang memiliki gairah ilahi terhadap umat-Nya. Ia memiliki standar kekudusan yang tinggi, tetapi juga memiliki kasih dan kesabaran yang luar biasa. Kecemburuan-Nya adalah pengingat akan betapa berharganya kita di mata-Nya dan betapa pentingnya bagi kita untuk tetap setia dan hidup dalam kebenaran. Ia tidak menginginkan kita hidup dalam ketidakpedulian, melainkan menyadari kehadiran-Nya yang penuh semangat dalam setiap aspek kehidupan kita.
Memahami "cemburu yang hebat" ini juga seharusnya memotivasi kita untuk membalas kasih-Nya dengan hati yang tulus dan setia. Kita dipanggil untuk tidak hanya menerima kasih-Nya, tetapi juga untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, menjaga kekudusan diri, dan memuliakan nama-Nya. Kecemburuan Allah adalah kekuatan yang mendorong keadilan dan pemulihan, sebuah janji bahwa Ia akan terus berjuang demi umat-Nya hingga tujuan akhir-Nya terwujud.