Zakharia 11:2 - Ratapan atas Pohon Kehidupan

"Merataplah, hai pohon-pohon aras, sebab pohon aras tumbang, karena yang perkasa telah dirusak; merataplah, hai segala pohon besar di Basan, karena hutan yang lebat telah ditebang."

Tumbang Basan Hutan Kesedihan
Ilustrasi pohon-pohon besar yang tumbang dan hutan yang ditebang.

Ayat ini dari Kitab Zakharia, pasal 11 ayat 2, menyajikan sebuah gambaran yang sangat kuat dan melankolis tentang kehancuran dan kesedihan yang mendalam. Zakharia, seorang nabi Allah, menyampaikan firman-Nya yang seringkali mengandung peringatan dan nubuat, dan dalam ayat ini, ia menggunakan metafora alam untuk menggambarkan sebuah malapetaka yang akan menimpa. Kata "merataplah" berulang kali digunakan, menunjukkan keputusasaan dan kesedihan yang luar biasa. Ini bukan ratapan biasa, melainkan tangisan yang lahir dari kehilangan sesuatu yang agung dan kuat.

Pohon-pohon aras dan pohon-pohon besar di Basan dipilih sebagai simbol. Pohon aras dikenal karena kebesaran, kekuatan, dan keindahannya. Mereka adalah simbol kemakmuran, keamanan, dan martabat. Hutan yang lebat, seperti di Basan yang terkenal dengan pepohonannya yang subur, melambangkan kekuatan kolektif, sumber daya, dan perlindungan. Ketika gambaran ini disajikan sebagai objek ratapan, itu berarti sesuatu yang sangat berharga dan substansial telah hilang atau dihancurkan.

Dalam konteks teologis, ratapan ini seringkali diinterpretasikan sebagai peringatan terhadap orang-orang Israel atau umat Allah yang akan mengalami kehancuran karena dosa-dosa mereka. Kejatuhan pohon-pohon besar melambangkan jatuhnya pemimpin-pemimpin yang kuat, runtuhnya sistem pemerintahan yang kokoh, atau hilangnya perlindungan ilahi yang sebelumnya mereka nikmati. Kata "dirusak" dan "ditebang" mengindikasikan tindakan kekerasan, penghancuran yang disengaja, dan kehilangan yang total. Ini bukan sekadar kelemahan yang muncul dengan sendirinya, tetapi sebuah penindasan atau malapetaka yang datang dari luar atau sebagai akibat dari tindakan yang salah.

Zakharia 11:2 bukan hanya sekadar deskripsi kehancuran fisik, tetapi juga gambaran metaforis dari kehilangan kepemimpinan yang bijaksana dan perlindungan yang kokoh. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan konsekuensi dari ketidaktaatan dan kerapuhan sebuah bangsa ketika fondasi spiritual dan moralnya terkikis. Pemazmur dalam Mazmur 37:35-36 juga menggambarkan kejatuhan orang fasik yang kuat, "Aku melihat seorang fasik yang sangat berkuasa, yang menghijau seperti pohon aras yang tumbuh subur di tanah airnya. Tetapi ia telah lenyap, dan tidak ada lagi; aku mencarinya, tetapi tidak diketemukan." Penggambaran ini serupa, menunjukkan bahwa kekuatan yang dibangun di atas dasar yang salah pasti akan runtuh.

Ayat ini juga dapat dibaca sebagai nubuat yang menunjuk pada kedatangan Mesias, Sang Gembala Sejati, yang akan datang untuk menggembalakan umat-Nya. Namun, kedatangan-Nya juga akan disertai dengan ujian dan penghakiman. Zakharia 11 itu sendiri menggambarkan perannya sebagai gembala yang kemudian akan dihancurkan sebagai ganti domba-domba yang berharga. Gambaran pohon-pohon yang tumbang bisa menjadi cerminan dari penderitaan yang akan dialami oleh Sang Gembala Ilahi demi menebus umat-Nya. Dengan demikian, ayat ini bukan hanya ratapan atas kehancuran, tetapi juga sebuah gambaran profetis yang memiliki lapisan makna yang dalam bagi sejarah keselamatan.