Ayat 1 Korintus 1:22 secara tegas menyatakan inti dari pemberitaan Injil yang dibawa oleh Rasul Paulus dan para rasul lainnya. Dalam dunia yang pada masa itu terbagi menjadi dua pengaruh budaya dan pemikiran utama – yaitu Yahudi dan Yunani – pesan tentang Kristus yang disalibkan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang aneh, bahkan menyinggung.
Bagi orang Yahudi, pengharapan mereka tertuju pada seorang Mesias yang akan datang sebagai raja penakluk, membawa pemulihan bagi bangsa mereka. Konsep tentang seorang pemimpin ilahi yang justru menderita, disalibkan, dan mati sebagai kurban penebusan dosa adalah sebuah ironi yang sulit diterima. Ini bukan gambaran Mesias yang mereka harapkan; ini adalah "batu sandungan" yang menggoyahkan seluruh pemahaman teologis mereka.
Perbedaan Perspektif: Yahudi dan Yunani
Sementara itu, orang Yunani memiliki filosofi yang mengagungkan akal budi, logika, dan pencarian kebijaksanaan. Mereka bangga dengan kemampuan intelektual mereka untuk menganalisis, memahami, dan menemukan jawaban melalui penalaran. Ajaran tentang keselamatan melalui kematian seorang pribadi di kayu salib, yang bagi mereka adalah simbol kehinaan dan kekalahan, dianggap sebagai "kebodohan" yang tidak logis dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sebuah kematian yang memalukan bisa menjadi sumber keselamatan atau hikmat?
Inti Pemberitaan Injil
Namun, di sinilah letak kekuatan dan keunikan Injil. Rasul Paulus, meskipun memahami perbedaan pandangan ini, tidak gentar untuk tetap memberitakan Kristus yang tersalib. Pemberitaan ini bukan sekadar narasi sejarah, melainkan inti dari iman Kristen. Kematian Kristus di salib adalah bukti cinta Allah yang luar biasa bagi manusia, sekaligus cara ilahi untuk mendamaikan manusia yang berdosa dengan-Nya.
Melalui salib, kelemahan manusia dipertemukan dengan kekuatan ilahi. Kebodohan manusia dipertemukan dengan hikmat Allah yang melampaui segala pemahaman. Apa yang terlihat sebagai kelemahan dan kebodohan bagi dunia, justru di dalam Kristus menjadi sumber kekuatan dan kebijaksanaan bagi orang percaya.
Tanda Orang Percaya
Bagi orang percaya, salib Kristus bukan lagi batu sandungan atau kebodohan, melainkan tanda harapan, penebusan, dan keselamatan. Ini adalah pusat dari pengakuan iman. Kita tidak hanya percaya pada ajaran-Nya, tetapi secara fundamental percaya pada karya penebusan-Nya di kayu salib. Pemberitaan Kristus yang disalibkan inilah yang membedakan Kekristenan dari sistem kepercayaan lainnya. Ia adalah dasar mengapa kita bisa memiliki hubungan yang diperdamaikan dengan Allah.
Dalam konteks modern, meskipun cara pandang dunia mungkin telah berubah, esensi tantangan yang dihadapi Injil tetap ada. Pesan salib bisa saja masih dianggap kuno, tidak relevan, atau bahkan aneh oleh sebagian orang. Namun, bagi setiap individu yang menerima pesan ini, ia menjadi "kuasa Allah" yang menyelamatkan. Tanda salib terus menjadi pusat pengakuan iman, mengingatkan kita akan pengorbanan Kristus yang mulia demi keselamatan kita, dan bagaimana Ia mengubah apa yang tampak lemah menjadi kekuatan yang luar biasa.