Simbol Keharmonisan dan Kepercayaan
Kitab 1 Korintus, khususnya pasal 14, memberikan panduan yang mendalam tentang bagaimana ibadah jemaat seharusnya dijalankan agar membangun dan memberkati. Ayat 24 dalam pasal ini, "Tetapi jika ada orang yang bernubuat, ia harus menubuatkan sesuai dengan kadar iman," seringkali diabaikan atau disalahpahami. Namun, frasa "sesuai dengan kadar iman" memegang kunci penting untuk memahami bagaimana firman Tuhan seharusnya disampaikan dan diterima dalam komunitas orang percaya.
Ayat ini muncul dalam konteks pembahasan karunia-karunia rohani, terutama nubuat, yang sangat ditekankan oleh Rasul Paulus untuk membangun jemaat (1 Korintus 14:3). Nubuat bukanlah sekadar prediksi masa depan, melainkan penyampaian pesan dari Allah yang bertujuan untuk menghibur, menasihati, dan membangun. Namun, Paulus mengingatkan bahwa pesan nubuat yang disampaikan haruslah selaras dengan apa yang telah diwahyukan oleh Allah dan diterima oleh iman.
Penting untuk dipahami bahwa "kadar iman" di sini merujuk pada iman yang berakar pada kebenaran firman Allah, bukan pada iman yang semata-mata berdasarkan perasaan pribadi atau spekulasi. Ketika seseorang bernubuat, perkataannya harus mencerminkan pemahaman yang benar tentang karakter dan kehendak Allah seperti yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Jika tidak, nubuat tersebut bisa menjadi sumber kebingungan, keraguan, bahkan kesesatan bagi pendengarnya.
Dalam praktik jemaat, ayat ini mengingatkan para pemberita firman – baik yang memiliki karunia nubuat maupun mereka yang dipercayakan untuk mengajar dan berkhotbah – untuk selalu memeriksa hati dan motivasi mereka. Apakah pesan yang disampaikan benar-benar bersumber dari Tuhan, ataukah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, prasangka, atau pemahaman yang dangkal? Pengkhotbah harus berdoa memohon pimpinan Roh Kudus agar kata-katanya sesuai dengan ajaran Alkitab dan membangun iman pendengarnya, bukan menggoyahkannya.
Lebih lanjut, ayat ini juga memberikan tanggung jawab kepada jemaat. Pendengar pun perlu memiliki "kadar iman" yang sehat untuk dapat membedakan antara ajaran yang benar dan yang keliru. Ini bukan berarti mereka harus bersikap skeptis, melainkan kritis secara alkitabiah. Mereka harus menguji setiap perkataan yang disampaikan dengan berpegang pada kebenaran firman Tuhan yang telah mereka pelan-pelan pahami melalui pengajaran yang sehat.
Dampak kata-kata dalam jemaat sangatlah besar. Ketika firman disampaikan dengan benar, "sesuai dengan kadar iman," jemaat akan dibangun, diperlengkapi, dan semakin dimampukan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Sebaliknya, jika pesan yang disampaikan keluar dari kadar iman yang benar, dapat menimbulkan kekacauan, perpecahan, dan hilangnya kepercayaan. Oleh karena itu, baik pemberi maupun penerima firman memiliki peran penting dalam menjaga kemurnian dan kekuatan pesan Injil dalam kehidupan jemaat.