1 Korintus 3:20

"Dan pada suatu tempat dalam Kitab Suci dikatakan: Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kelicikan mereka."
Ilustrasi orang bijak dikelilingi simbol keraguan dan kebijaksanaan
Simbol kebijaksanaan duniawi berbenturan dengan kebenaran ilahi.

Ayat 1 Korintus 3:20, "Dan pada suatu tempat dalam Kitab Suci dikatakan: Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kelicikan mereka," mengingatkan kita pada sifat menipu dari hikmat duniawi. Surat ini, yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, bergulat dengan perpecahan dan kesalahpahaman yang muncul dalam komunitas Kristen awal. Salah satu isu utama yang dihadapi Paulus adalah kecenderungan beberapa orang untuk mengagungkan kebijaksanaan manusia atas kebenaran Injil yang sederhana namun transformatif.

Di dunia kuno, seperti halnya di zaman kita, ada sebuah apresiasi yang tinggi terhadap kecerdasan, retorika yang fasih, dan argumen filosofis yang rumit. Orang-orang cenderung mengagumi mereka yang dapat berbicara dengan indah, yang memiliki pengetahuan luas tentang filsafat dan ilmu pengetahuan, dan yang dapat memanipulasi argumen untuk memenangkan perdebatan. Paulus melihat bahwa hal ini mulai merusak gereja di Korintus, di mana orang-orang mulai memihak pada pemimpin-pemimpin tertentu berdasarkan kecerdasan dan karisma mereka, bukan pada kesetiaan mereka kepada Kristus dan ajaran-Nya.

Ayat 1 Korintus 3:20 menyitir dari Kitab Ayub 5:13, yang berbicara tentang bagaimana Tuhan menghancurkan hikmat orang-orang yang menganggap diri mereka bijak. Ini adalah peringatan keras terhadap kebanggaan intelektual. Hikmat duniawi, meskipun mungkin tampak mengesankan dan canggih, pada dasarnya bersifat terbatas dan fana. Ia bisa jadi penuh dengan kelicikan, keangkuhan, dan pada akhirnya menyesatkan. Ia dapat membuat seseorang percaya diri pada pemahaman manusia yang terbatas, dan menolak kebenaran yang lebih dalam dan kekal yang hanya dapat ditemukan melalui iman dan wahyu ilahi.

Sebaliknya, Paulus mendorong jemaat di Korintus (dan kita juga) untuk merangkul hikmat Tuhan. Hikmat Tuhan tidak didasarkan pada kecerdasan manusia semata, melainkan pada kerendahan hati, ketaatan, dan pengenalan akan Yesus Kristus. Ia adalah hikmat yang datang dari Surga, yang diturunkan melalui Roh Kudus. Hikmat ilahi ini menghasilkan buah-buah rohani yang sejati: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23).

Perbedaan antara hikmat duniawi dan hikmat ilahi sangatlah mencolok. Hikmat duniawi seringkali bersifat egois, berfokus pada pencapaian pribadi, dan dapat digunakan untuk menipu atau memanipulasi orang lain. Ia melihat dunia melalui lensa rasio manusia yang terbatas. Sementara itu, hikmat ilahi adalah hikmat yang murah hati, berfokus pada kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama, serta berusaha untuk membangun dan menyembuhkan. Ia memandang dunia melalui lensa kasih dan kebenaran Tuhan.

Paulus menekankan bahwa "hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah" (1 Korintus 3:19). Ini bukan berarti bahwa pengetahuan dan akal sehat tidak penting, melainkan bahwa ada jenis hikmat yang lebih tinggi yang harus diutamakan. Ketika kita membiarkan hikmat dunia mengendalikan pemikiran dan tindakan kita, kita berisiko ditangkap dalam "kelicikan mereka"—jebakan ilusi dan ketidakbenaran yang pada akhirnya tidak akan bertahan. Sebaliknya, dengan mencari dan menerapkan hikmat Tuhan, kita membangun fondasi yang kokoh untuk kehidupan kita, yang akan bertahan dalam kekekalan.