1 Korintus 4:18 - Hidup dalam Kebenaran Iman

"Ada di antara kamu menjadi sombong, seolah-olah aku tidak akan datang kepadamu."
Ilustrasi kitab suci dan obor menyala K'TUS 4:18
Simbol Alkitab dan Cahaya Kebenaran

Ayat 1 Korintus 4:18, yang berbunyi, "Ada di antara kamu menjadi sombong, seolah-olah aku tidak akan datang kepadamu," merupakan sebuah peringatan keras dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Perikop ini secara keseluruhan membahas tentang kepemimpinan rohani, otoritas, dan sikap hati yang seharusnya dimiliki oleh para pelayan Kristus serta jemaat yang mereka layani. Paulus dengan tegas menyoroti bahaya kesombongan yang dapat merusak tatanan rohani dan hubungan yang sehat dalam komunitas iman.

Sombong, dalam konteks ini, bukan sekadar rasa bangga biasa, melainkan sebuah arogansi yang mengabaikan kebenaran dan otoritas yang diberikan Tuhan. Para pemimpin atau anggota jemaat yang sombong mungkin merasa diri mereka sudah cukup mapan, tidak lagi membutuhkan bimbingan, atau bahkan meremehkan teguran dari hamba Tuhan. Mereka hidup dalam ilusi kekuatan dan pencapaian pribadi, lupa bahwa segala sesuatu yang mereka miliki adalah anugerah dari Tuhan.

Paulus mengingatkan bahwa sebagai hamba Kristus, ia memiliki otoritas spiritual yang dilimpahkan oleh Tuhan untuk membangun, mendidik, dan bahkan mengoreksi. Sikap sombong yang ditunjukkan oleh sebagian jemaat Korintus ini adalah respons yang tidak pantas terhadap otoritas tersebut. Mereka mungkin merasa kebal dari konsekuensi, atau menganggap Paulus tidak akan memiliki dampak nyata atas tindakan mereka. Namun, Paulus menegaskan bahwa ia akan datang kepada mereka, dan ketika ia datang, ia akan melihat apakah kesombongan mereka hanya sekadar kata-kata kosong atau apakah ada kekuatan nyata di baliknya.

Lebih dalam lagi, ayat ini mengajarkan pentingnya kerendahan hati dalam kehidupan iman. Baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota jemaat, kita dipanggil untuk hidup dalam kesadaran akan ketergantungan kita kepada Tuhan. Kesombongan adalah musuh pertumbuhan rohani. Ia menutup pintu bagi pembelajaran, menghalangi hubungan yang tulus dengan sesama, dan menjauhkan kita dari hadirat Tuhan. Rasul Paulus sendiri, meskipun memiliki otoritas yang besar, selalu menekankan kerendahan hati dan mengakui bahwa segala pencapaian adalah buah dari kasih karunia Allah.

Untuk melawan bibit kesombongan, kita perlu secara terus-menerus merenungkan firman Tuhan, berdoa memohon hikmat dan kerendahan hati, serta menjaga persekutuan yang sehat dengan saudara seiman. Tinjau kembali motivasi di balik tindakan kita. Apakah kita mencari kemuliaan diri sendiri atau kemuliaan Tuhan? Apakah kita mengutamakan ego atau kebenaran? Dengan kesadaran akan kebenaran firman Tuhan, kita dapat menghindari perangkap kesombongan dan hidup sesuai dengan panggilan Kristus.