1 Korintus 6:4

"Jika kamu mempunyai pendapat tentang penghinaan-penghinaan di dalam hidup ini, pasanglah mereka yang tidak berarti apa-apa di dalam jemaat."
Ikon Timbangan Keadilan dengan Hati

Memahami Ajaran Paulus tentang Sengketa

Surat pertama kepada jemaat di Korintus merupakan salah satu tulisan apostolik yang kaya akan ajaran praktis bagi kehidupan orang percaya. Dalam pasal keenam, Rasul Paulus membahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh jemaat, termasuk perselisihan yang muncul di antara mereka. Ayat 4 dalam pasal ini, "Jika kamu mempunyai pendapat tentang penghinaan-penghinaan di dalam hidup ini, pasanglah mereka yang tidak berarti apa-apa di dalam jemaat," seringkali menjadi subjek penafsiran dan refleksi.

Pada intinya, Paulus sedang mengkritik kebiasaan orang Kristen di Korintus yang membawa perselisihan mereka ke pengadilan sipil, di hadapan orang-orang yang tidak percaya. Bagi Paulus, ini adalah sebuah kekalahan moral dan rohani. Mengapa? Karena dengan melakukan demikian, mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri sebagai sebuah komunitas yang dipanggil untuk mencerminkan kasih dan keadilan Kristus. Tindakan ini juga memberikan celah bagi dunia luar untuk meremehkan iman Kristen, seolah-olah orang percaya pun sama buruknya atau bahkan lebih buruk dari orang yang tidak percaya.

Timbangan Keadilan dan Kasih Persaudaraan

Ayat ini, meskipun terjemahannya bisa sedikit bervariasi tergantung pada versi Alkitab, menekankan sebuah prinsip penting: penyelesaian sengketa di antara orang percaya seharusnya tidak dibawa ke ranah hukum sipil yang melibatkan pihak luar. Paulus ingin jemaat memahami bahwa mereka memiliki sumber daya yang lebih dari cukup dalam diri mereka sendiri, yaitu hikmat dan kemampuan yang diberikan oleh Roh Kudus, untuk menyelesaikan perselisihan. Keberadaan orang percaya di dunia ini, dengan segala tantangannya, seharusnya menjadi bukti nyata dari perubahan hidup yang dibawa oleh Injil, bukan menjadi alasan bagi dunia untuk menghakimi iman mereka.

Penting untuk dicatat bahwa Paulus tidak menentang sistem hukum secara umum. Namun, ia menekankan bahwa dalam konteks hubungan antar sesama orang percaya, ada standar yang lebih tinggi yang harus dijunjung. Menggunakan pengadilan sipil untuk menyelesaikan masalah antar saudara seiman ibarat mengizinkan tetangga yang tidak peduli masuk ke dalam rumah untuk mengadili pertengkaran antara anggota keluarga. Ini mengurangi martabat keluarga itu sendiri.

Prinsip untuk Kehidupan Kristen Kontemporer

Pesan 1 Korintus 6:4 tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan sehari-hari, perselisihan dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik dalam keluarga, pertemanan, maupun lingkungan gereja. Ajaran Paulus mengingatkan kita untuk pertama-tama mencari solusi melalui dialog yang konstruktif, saling mengampuni, dan mengandalkan bimbingan Roh Kudus dalam menyelesaikan perbedaan pendapat. Ketika masalah menjadi kompleks, ada baiknya mencari mediasi dari sesama orang percaya yang bijaksana di dalam jemaat.

Kearifan Paulus ini bertujuan untuk membangun integritas dan kesaksian jemaat. Dengan belajar menyelesaikan sengketa secara internal, umat Kristiani menunjukkan kedewasaan rohani dan kemampuan mereka untuk hidup dalam kasih dan keadilan, sebagaimana yang diajarkan oleh Kristus. Ini adalah panggilan untuk menunjukkan bahwa iman kita bukan hanya tentang keyakinan pribadi, tetapi juga tentang cara kita berinteraksi dan memperlakukan satu sama lain, menciptakan komunitas yang mencerminkan Kerajaan Allah di bumi.