Ayat dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus ini merupakan bagian penting dalam diskusi mengenai hak dan tanggung jawab para pelayan Tuhan. Dalam konteks pasal ini, Rasul Paulus sedang membela pelayanannya yang tidak terduga oleh banyak orang, termasuk mengenai haknya untuk menerima dukungan finansial dari jemaat yang dilayaninya. Ayat 1 Korintus 9:4 secara tegas menyatakan hak yang dimiliki oleh para rasul, termasuk dirinya sendiri, untuk mendapatkan tunjangan hidup dari pekerjaan pemberitaan Injil.
Paulus tidak meminta haknya untuk dirinya sendiri semata, melainkan untuk menegaskan prinsip ilahi yang seharusnya berlaku bagi semua pemberita Injil. Ia membandingkan dirinya dengan rasul-rasul lain, seperti Petrus (disebut Kefas) dan bahkan saudara-saudara Yesus sendiri, yang juga memiliki hak yang sama. Ini menunjukkan bahwa hal ini bukanlah suatu permintaan pribadi yang egois, melainkan sebuah pengakuan atas tatanan yang ditetapkan Tuhan dalam pelayanan-Nya. Para rasul, yang telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti panggilan Kristus dan menyebarkan Kabar Baik, berhak untuk dicukupi kebutuhan hidup mereka oleh mereka yang telah menerima manfaat dari pemberitaan mereka.
Lebih dari sekadar makanan dan minuman, hak ini juga mencakup kemampuan untuk memiliki pendamping hidup atau "istri Kristen". Ini adalah aspek yang sering kali disalahpahami. Paulus tidak menyatakan bahwa setiap pelayan harus menikah, tetapi ia menegaskan bahwa hak untuk menikah dan didukung dalam pernikahan (bagi yang memilih untuk menikah) adalah bagian dari hak yang melekat pada pelayanan Injil. Penting untuk diingat bahwa pada masa itu, banyak rasul yang memiliki keluarga, dan pemeliharaan keluarga mereka adalah tanggung jawab jemaat yang mereka layani. Pernyataan ini juga menjadi penegasan bahwa pelayanan kepada Tuhan tidak harus berarti hidup dalam kemiskinan yang ekstrem, tetapi dapat dijalani dengan cara yang terhormat dan sustanable.
Pesan utama dari 1 Korintus 9:4 ini menggarisbawahi prinsip timbal balik dalam gereja. Jemaat yang menerima berkat rohani dari pemberitaan Injil memiliki kewajiban moral dan spiritual untuk mendukung para pelayan yang telah menyebarkan Firman Tuhan. Ini bukan tentang "membeli" berkat, melainkan tentang menghargai pengorbanan dan dedikasi para hamba Tuhan, serta memastikan bahwa mereka dapat terus melayani tanpa terbebani oleh kebutuhan materi yang mendesak. Dengan demikian, pemberitaan Injil dapat terus berjalan lancar dan jangkauannya semakin luas, membawa terang kepada lebih banyak jiwa. Paulus sendiri, meskipun memiliki hak ini, sering kali memilih untuk tidak menggunakannya demi kebaikan Injil (seperti yang dijelaskan di ayat-ayat selanjutnya), namun ia tetap menegaskan hak tersebut sebagai prinsip kebenaran.