Maka berkatalah perempuan itu kepadanya: "Tuanku, tuanku ingatlah, ketika hamba-Mu ini duduk di sisi tuanku, dan melihat dengan mata hamba-Mu ini, bahwa tuanku adalah yang telah dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menduduki takhta kerajaan menggantikan tuanku Daud. Dan sekarang, tuanku raja, kiranya takhta itu memang dari tuanku, sebab TUHAN, Allahmu, telah mendatangkan kemasyhuran bagi tuanku."
Kisah dalam 1 Raja-raja pasal 1 memperlihatkan perebutan kekuasaan yang dramatis di akhir masa pemerintahan Raja Daud. Daud sudah tua renta, dan kekuasaannya mulai goyah. Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian politik, muncul berbagai pihak yang berupaya mengamankan kedudukan atau memengaruhi siapa yang akan menjadi raja selanjutnya. Salah satu tokoh sentral dalam upaya ini adalah Batsyeba, ibu dari Salomo. Ayat 17 ini merupakan momen krusial di mana Batsyeba secara langsung menghadap Daud, bukan sekadar untuk menjenguk ayahnya yang sakit, tetapi untuk menyuarakan aspirasi politik yang kuat.
Dalam percakapan ini, Batsyeba menggunakan bahasa yang penuh hormat dan mengingatkan Daud akan janji atau setidaknya pemahamannya mengenai kehendak ilahi terkait suksesi takhta. Ia menegaskan bahwa penunjukan Salomo sebagai penerus bukan sekadar manuver politik pribadi, melainkan sesuatu yang telah diizinkan bahkan didorong oleh TUHAN. Pernyataannya bahwa Daud adalah "yang telah dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menduduki takhta kerajaan" adalah pengingat akan mandat ilahi yang pernah diterima Daud. Lebih lanjut, ia mengaitkan penolakan terhadap Adonia (yang juga berupaya merebut takhta) dengan keinginan TUHAN.
Batsyeba tidak serta-merta menuntut. Ia membangun argumennya dengan cermat. Ia memulai dengan mengingatkan Daud akan posisinya yang dulu sebagai istri dan ibu, yang memiliki kedekatan dengan raja. Frasa "ketika hamba-Mu ini duduk di sisi tuanku" menunjukkan keintiman dan peran yang pernah dimainkannya dalam lingkungan istana. Penggunaan kata "hamba" di sini bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah strategi retorika untuk menampilkan kerendahan hati dan menjaga kesopanan, sekaligus mengingatkan Daud akan perannya di masa lalu.
Pesan utama yang ingin disampaikan Batsyeba sangatlah jelas: takhta yang telah dipegang Daud kini harus diteruskan kepada Salomo. Ia meyakinkan Daud bahwa penunjukan ini akan mendatangkan "kemasyhuran bagi tuanku" di mata Allah dan umat-Nya. Ini adalah upaya untuk memotivasi Daud agar bertindak tegas, menepati janjinya (jika memang ada janji yang tersirat atau tersurat sebelumnya tentang Salomo), dan mencegah Adonia mengambil alih kekuasaan secara ilegal. Kisah ini menunjukkan bagaimana intrik politik, hubungan keluarga, dan keyakinan akan kehendak ilahi saling terkait dalam perebutan kekuasaan.
Pidato Batsyeba ini tidak hanya sekadar percakapan biasa. Ia merupakan pemicu bagi Daud untuk segera mengeluarkan dekrit dan memastikan penobatan Salomo. Cerita ini menekankan bagaimana sebuah intervensi yang dipandu oleh keyakinan dan strategi dapat memengaruhi jalannya sejarah. Dalam konteks spiritual, ayat ini mengingatkan bahwa rencana Allah seringkali bekerja melalui tangan manusia, meskipun kadang-kadang melalui proses yang penuh tantangan dan intrik.
Ayat ini, bersama dengan keseluruhan narasi 1 Raja-raja 1, memberikan pelajaran berharga tentang kepemimpinan, keadilan, dan bagaimana visi akan masa depan kerajaan harus ditegakkan. Perjuangan untuk takhta ini menjadi latar belakang penting bagi masa keemasan Kerajaan Israel di bawah pemerintahan Salomo, menunjukkan bahwa pondasi yang kuat, meskipun diraih melalui proses yang kompleks, adalah kunci bagi kestabilan dan kemakmuran bangsa. Peran TUHAN senantiasa ditekankan sebagai penentu akhir dari segala peristiwa.