"Demikianlah dilakukannya bagi semua perempuan asingnya itu, sekalian mereka itu membakar kemenyan dan mempersembahkan korban kepada allah mereka."
Ayat 1 Raja-Raja 11:8 menggambarkan sebuah gambaran yang menyedihkan tentang penyembahan berhala yang meluas di kalangan bangsa Israel pada masa Raja Salomo. Konteks historis dari ayat ini penting untuk dipahami. Salomo, yang dikenal karena hikmatnya yang luar biasa dan pembangunan Bait Allah yang megah, pada akhir masa pemerintahannya mulai menyimpang dari jalan Tuhan.
Penyebab utama dari kemurtadan ini adalah pernikahan Salomo dengan banyak perempuan dari berbagai bangsa. Alkitab mencatat bahwa ia memiliki tujuh ratus istri dan tiga ratus gundik dari bangsa-bangsa yang telah ditentukan Tuhan sebagai bangsa-bangsa yang dilarang untuk dinikahi oleh bangsa Israel (Keluaran 34:15-16). Cinta Salomo kepada perempuan-perempuan ini membawanya untuk mengkompromikan imannya. Istri-istri asing tersebut membawa serta kepercayaan dan praktik keagamaan mereka, termasuk penyembahan kepada dewa-dewa lain.
Ayat 1 Raja-Raja 11:8 secara spesifik menyatakan, "Demikianlah dilakukannya bagi semua perempuan asingnya itu, sekalian mereka itu membakar kemenyan dan mempersembahkan korban kepada allah mereka." Ini berarti Salomo tidak hanya mengizinkan, tetapi juga secara aktif terlibat atau setidaknya memberikan fasilitas bagi istri-istri asingnya untuk mendirikan tempat-tempat ibadah dan mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa seperti Asytoref, Dewa orang Sidon; Kamos, Dewa orang Moab; dan Milkom, Dewa orang Amon. Keadaan ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perintah Tuhan yang melarang penyembahan berhala dan menekankan kesetiaan hanya kepada Dia.
Dampak dari tindakan ini sangat serius. Kemurtadan Salomo tidak hanya mencerminkan kegagalannya secara pribadi, tetapi juga memicu perpecahan di dalam kerajaannya dan membuka pintu bagi penyembahan berhala untuk menyebar luas di antara umat Tuhan. Perjanjian lama sangat menekankan pentingnya kesetiaan total kepada Tuhan. Penegasan dalam Sepuluh Perintah Allah, "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Keluaran 20:3), menjadi landasan moral dan spiritual bagi bangsa Israel. Pelanggaran terhadap perintah ini membawa konsekuensi yang berat, termasuk murka Tuhan dan akhirnya pembuangan.
Pelajaran yang bisa diambil dari ayat ini sangat relevan bagi kehidupan rohani kita saat ini. Ayat ini mengingatkan kita akan bahaya kompromi iman. Lingkungan sekitar, pengaruh pergaulan, dan bahkan keinginan pribadi dapat secara perlahan mengikis kesetiaan kita kepada Tuhan jika kita tidak waspada. Penting untuk senantiasa menjaga hati dan pikiran kita tetap terpusat pada Tuhan, menolak godaan untuk menyembah "allah-allah" lain, seperti harta benda, kekuasaan, pujian manusia, atau kesenangan duniawi. Kesetiaan kepada Tuhan adalah fondasi yang kokoh bagi kehidupan yang bermakna dan berkenan di hadapan-Nya.