Firman Tuhan dalam 1 Raja-Raja 12:24 merupakan momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Ayat ini diucapkan oleh Tuhan sendiri kepada Yerobeam bin Nebat, yang baru saja menjadi raja atas sepuluh suku utara setelah keruntuhan Kerajaan Bersatu Israel. Peristiwa ini menandai perpecahan yang mendalam, yang dampaknya terasa selama berabad-abad. Setelah kematian Salomo, penggantinya, Rehabeam, menunjukkan keangkuhan dan ketidakpedulian terhadap keluh kesah rakyat, yang pada akhirnya memicu pemberontakan sepuluh suku utara. Yerobeam muncul sebagai pemimpin mereka, dan di sinilah Tuhan campur tangan.
Kata-kata Tuhan yang ditujukan kepada Yerobeam memiliki makna yang sangat dalam. Pertama, Tuhan secara tegas melarang Yerobeam untuk berperang melawan saudara-saudaranya, bani Israel. Ini menunjukkan kehendak ilahi bahwa perpecahan yang terjadi bukanlah alasan untuk saling menghancurkan. Meskipun secara politik mereka terpisah, secara rohani mereka tetap satu umat pilihan Tuhan. Larangan ini adalah perintah untuk menjaga persatuan internal bangsa, setidaknya dalam semangat, meskipun terpisah secara administratif. Tuhan ingin mencegah pertumpahan darah lebih lanjut di antara saudara sebangsa.
Kedua, dan yang lebih penting, Tuhan menyatakan, "Pulanglah masing-masing ke rumahnya, sebab Akulah yang telah melakukan perkara ini." Pernyataan ini sangat revolusioner. Alih-alih menyalahkan manusia sepenuhnya atas perpecahan tersebut, Tuhan mengambil tanggung jawab atas peristiwa itu. Ini bukan berarti Tuhan bersalah atas keputusan buruk manusia, tetapi Dia menggunakan tindakan manusia yang salah untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar. Tuhan bisa saja menghentikan perpecahan itu, tetapi Dia memilih untuk mengizinkannya terjadi, mungkin sebagai konsekuensi dari dosa dan ketidaksetiaan umat-Nya, atau sebagai cara untuk mencapai tujuan-Nya yang tidak sepenuhnya kita pahami.
Bagi Yerobeam, pesan ini adalah penegasan bahwa takhtanya tidak didasarkan pada kekuatannya sendiri, melainkan pada kehendak Tuhan. Tuhanlah yang memberikan otoritas, dan Tuhan pulalah yang dapat mengambilnya kembali. Yerobeam seharusnya tunduk pada kehendak Tuhan ini, meskipun itu berarti menerima kenyataan perpecahan bangsa. Namun, sayangnya, Yerobeam tidak sepenuhnya mengikuti nasihat Tuhan dalam jangka panjang. Dia mendirikan tempat-tempat ibadah baru di Betel dan Dan dengan patung lembu emas untuk mencegah rakyatnya pergi ke Yerusalem, tempat ibadah resmi yang masih setia kepada garis keturunan Daud. Tindakan ini adalah awal dari kemurtadan besar-besaran di kerajaan utara.
Pelajaran utama dari 1 Raja-Raja 12:24 bagi kita hari ini adalah pengakuan atas kedaulatan Tuhan dalam segala aspek kehidupan, bahkan dalam peristiwa-peristiwa yang tampaknya negatif dan menghancurkan. Ketika kita menghadapi perpecahan, konflik, atau kegagalan, kita diingatkan bahwa Tuhan memiliki kendali. Dia dapat menggunakan keadaan terburuk sekalipun untuk mencapai tujuan-Nya. Ini seharusnya mendorong kita untuk mencari hikmat-Nya, bukan untuk membalas dendam atau memperburuk keadaan, tetapi untuk memahami rencana-Nya dan berserah pada kehendak-Nya. Janji Tuhan yang dinyatakan dalam ayat ini, bahwa Dia adalah pemrakarsa dan pengatur segala sesuatu, memberikan kepastian bahwa di tengah kekacauan dunia, ada rencana ilahi yang tak tergoyahkan.
Representasi visual dari kehendak ilahi yang memandu takdir.