"Lalu mereka memberitahukan perihal orang banyak itu kepada dia. Maka jawab Yerobeam: "Pergilah kamu, katakanlah kepada Rehabeam, anak Salomo, raja Yehuda: Mengapakah engkau membalas kebencian kami? Mengapa engkau membiarkan budak ayahmu itu berseru-seru untuk kami?""
Ayat dari Kitab 1 Raja-Raja pasal 12 ayat 3 ini mencatat salah satu momen krusial dalam sejarah Israel kuno, yaitu saat kerajaan bersatu terpecah menjadi dua. Peristiwa ini terjadi setelah kematian Raja Salomo yang bijaksana. Penggantinya, Rehabeam, putranya, menghadapi tuntutan dari sepuluh suku di utara yang ingin keringanan beban kerja dan pajak yang telah diberlakukan oleh ayahnya. Suku-suku utara ini, yang diwakili oleh Yerobeam bin Nebat, datang kepada Rehabeam dengan harapan akan adanya dialog yang konstruktif.
Dalam ayat ini, Yerobeam menyampaikan pesan kepada Rehabeam atas nama rakyat utara. Pesan ini bukan sekadar permintaan, melainkan ekspresi kekecewaan dan bahkan kebencian terhadap tanggapan awal Rehabeam. Ayat tersebut secara gamblang menyatakan, "Mengapakah engkau membalas kebencian kami? Mengapa engkau membiarkan budak ayahmu itu berseru-seru untuk kami?" Frasa "membalas kebencian kami" menunjukkan bahwa rakyat utara merasa perlakuan dan sikap Rehabeam telah memprovokasi kemarahan mereka, bukan sebaliknya. Mereka mengharapkan solusi, namun yang mereka terima justru penolakan yang keras.
Permintaan rakyat utara sebetulnya cukup sederhana: mengurangi beban kerja yang berat dan pajak yang mencekik. Mereka meminta agar Rehabeam, sebagai raja yang baru, menunjukkan belas kasihan dan kebijaksanaan seperti yang diharapkan dari seorang pemimpin. Namun, nasihat dari para penasihat muda yang dekat dengan Rehabeamlah yang membentuk keputusannya. Mereka menyarankan Rehabeam untuk bersikap lebih keras, bahkan lebih keras dari ayahnya, dengan mengatakan bahwa ia harus "mematahkan mereka seperti mematahkan belanga tanah liat." Nasihat ini, yang kurang bijaksana dan penuh arogansi, adalah sumber dari "kebencian" yang dirasakan oleh suku-suku utara.
Akibat dari respons yang keras dan tidak bijaksana dari Rehabeam adalah terpecahnya kerajaan. Sepuluh suku di utara, yang merasa tidak didengarkan dan dihina, memberontak dan mendirikan kerajaan mereka sendiri yang terpisah, yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Israel Utara. Yerobeam bin Nebat diangkat menjadi raja di sana. Sementara itu, hanya suku Yehuda dan sebagian kecil suku Benyamin yang tetap setia kepada dinasti Daud di selatan, membentuk Kerajaan Yehuda. Perpecahan ini memiliki konsekuensi teologis dan politik yang mendalam bagi bangsa Israel, menandai awal dari periode konflik internal dan keruntuhan yang akhirnya mengarah pada pembuangan oleh bangsa-bangsa asing. Ayat ini menjadi pengingat akan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana, empati, dan responsif terhadap kebutuhan rakyatnya.
Kisah ini mengajarkan tentang dampak besar dari keputusan seorang pemimpin dan pentingnya mendengarkan suara rakyat.