"Ia mendirikan juga bukit-bukit pengorbanan dan menempatkan para imam dari orang-orang awam yang bukan dari keturunan Lewi."
Ayat yang tercantum dalam 1 Raja-Raja 12:31 menggambarkan sebuah tindakan krusial yang dilakukan oleh Raja Yerobeam setelah memecah belah kerajaan Israel menjadi dua bagian. Keputusan Yerobeam untuk mendirikan bukit-bukit pengorbanan dan menempatkan imam-imam dari kalangan awam, yang bukan keturunan Lewi, merupakan penyelewengan signifikan dari perintah Tuhan yang telah ditetapkan melalui Musa. Tindakan ini bukan hanya sekadar perubahan administratif dalam ibadah, melainkan sebuah pemberontakan spiritual yang memiliki konsekuensi jangka panjang bagi bangsa Israel.
Dalam hukum Taurat, Tuhan secara spesifik menunjuk suku Lewi sebagai pelayan ibadah dan imam di hadapan-Nya. Keturunan Lewi memiliki peran yang terhormat dan eksklusif dalam menjalankan tugas-tugas keagamaan di Kemah Suci, dan kemudian di Bait Suci. Penunjukan imam dari kalangan awam oleh Yerobeam adalah langkah yang melanggar tatanan ilahi yang telah ditetapkan. Ini menunjukkan sebuah upaya untuk menciptakan sistem keagamaan yang baru, yang lebih sesuai dengan agenda politik Yerobeam, daripada patuh pada kehendak Tuhan.
Lebih lanjut, pendirian bukit-bukit pengorbanan menyiratkan adanya praktik penyembahan berhala atau bentuk ibadah lain yang tidak sesuai dengan cara Tuhan memerintahkan ibadah kepada-Nya. Hal ini sering kali dikaitkan dengan pengaruh kebudayaan Kanaan yang pada masa itu masih kental di wilayah Israel. Yerobeam tampaknya berusaha mempermudah rakyatnya untuk beribadah di tempat-tempat yang lebih dekat dan lebih mudah diakses, daripada harus melakukan perjalanan ke Yerusalem yang kini berada di bawah kekuasaan Yehuda. Namun, niat yang tampaknya pragmatis ini justru mengarah pada kemurtadan.
Keputusan Yerobeam ini secara fundamental mengubah arah spiritual Kerajaan Israel Utara. Dengan memutus hubungan spiritual dengan Yerusalem dan Bait Suci, yang merupakan pusat ibadah yang sah, Yerobeam secara efektif mengisolasi kerajaannya dari ketaatan kepada Tuhan yang sejati. Hal ini membuka pintu bagi berkembangnya praktik keagamaan yang menyimpang dan semakin jauh dari kebenaran. Sejarah Kerajaan Israel Utara kemudian dipenuhi dengan raja-raja yang melakukan kejahatan di mata Tuhan, banyak di antaranya mengikuti jejak Yerobeam dalam hal penyembahan berhala dan penolakan terhadap perintah-perintah ilahi.
Ayat ini berfungsi sebagai pengingat penting tentang bahaya kompromi dalam hal spiritual. Ketika kepraktisan atau kepentingan duniawi ditempatkan di atas ketaatan kepada firman Tuhan, hasilnya adalah penyelewengan yang dapat berujung pada kehancuran. Mempertahankan integritas dalam ibadah dan ketaatan kepada Tuhan adalah pondasi penting bagi kehidupan rohani yang sehat, baik bagi individu maupun komunitas. Keputusan Yerobeam mengajarkan bahwa meskipun alasan di balik tindakan tersebut mungkin tampak masuk akal dari sudut pandang manusia, tanpa landasan kebenaran ilahi, tindakan tersebut pada akhirnya akan menyesatkan.