1 Raja-Raja 13:12

"Dan berkatalah raja-raja itu: "Marilah kita pergi membelinya." Tetapi hamba Allah itu berkata kepada raja-raja itu: "Tolong jangan pergi." Tetapi dia mengabaikan perkataan hamba Allah itu."

! Jangan!

Ayat dari 1 Raja-Raja 13:12 menyajikan sebuah narasi yang kuat mengenai kepatuhan, ketidakpatuhan, dan konsekuensi yang mengikutinya. Kisah ini berlatar di Kerajaan Israel, di mana kejahatan telah merajalela di bawah pemerintahan raja-raja yang ingkar dari Tuhan. Dalam konteks ini, seorang hamba Allah yang sejati diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan peringatan dan nubuat penting. Perkataan yang diabaikan oleh raja-raja dalam ayat ini menjadi titik krusial yang menunjukkan sifat manusia yang seringkali lebih memilih jalannya sendiri daripada mengikuti arahan Ilahi.

Perintah untuk "jangan pergi" yang disampaikan oleh hamba Allah jelas merupakan sebuah peringatan yang sangat penting. Mengapa para raja diperintahkan untuk tidak pergi? Ayat sebelumnya dalam pasal ini memberikan konteks yang lebih luas. Hamba Allah itu datang dengan membawa pesan peringatan tentang altar di Betel yang akan dihancurkan oleh raja Yehuda yang akan datang. Dalam perjalanan pulang, hamba Allah yang asli itu dicegat oleh seorang nabi tua dari Betel yang berbohong kepadanya, mengklaim bahwa ia juga telah diutus oleh Tuhan untuk membawanya kembali untuk makan roti bersamanya. Ini adalah sebuah jebakan yang dirancang untuk membuat hamba Allah yang setia itu melanggar perintah Tuhan yang ia terima sebelumnya.

Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah kuno, melainkan sebuah pelajaran abadi tentang integritas iman. Perkataan hamba Allah yang asli, yang ia sampaikan kepada raja-raja, adalah penegasan akan otoritas dan kebenaran firman Tuhan. Ketika para raja memilih untuk mengabaikan peringatan ini, mereka tidak hanya menolak nasihat seorang individu, tetapi mereka menolak otoritas sumber peringatan itu sendiri, yaitu Tuhan. Hal ini menunjukkan bahaya dari ketidakpatuhan yang disengaja, terutama ketika itu datang dari mereka yang seharusnya memimpin dengan hikmat dan ketaatan.

Kisah ini mengajarkan kita pentingnya mendengarkan suara Tuhan, baik melalui firman-Nya maupun melalui hamba-hamba-Nya yang setia. Seringkali, godaan terbesar datang dalam bentuk tawaran yang tampaknya menguntungkan atau saran dari sumber yang kredibel tetapi sebenarnya menyesatkan. Pengabaian terhadap peringatan ilahi, sekecil apapun itu, dapat membuka pintu bagi konsekuensi yang serius. Dalam 1 Raja-Raja 13:12, kita melihat contoh nyata bagaimana ketidakpatuhan dapat membawa pada jalan yang salah, bahkan ketika nasihat yang benar telah diberikan dengan jelas. Penting bagi kita untuk selalu memeriksa hati kita dan memastikan bahwa kita tidak mengabaikan panggilan Tuhan dalam hidup kita, terutama ketika kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menentukan arah rohani kita.

Ketaatan kepada Tuhan bukanlah pilihan opsional, melainkan inti dari hubungan yang benar dengan-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa bahkan para pemimpin, seperti raja-raja dalam cerita ini, rentan terhadap kesalahan jika mereka tidak berpegang teguh pada kebenaran. Oleh karena itu, marilah kita belajar dari kisah ini untuk selalu memprioritaskan kehendak Tuhan di atas keinginan kita sendiri, dan untuk mendengarkan dengan seksama setiap peringatan yang datang dari sumber yang saleh.