1 Raja-Raja 13:19 - Pelajaran Iman Sejati

19 Katanya kepadanya: "Marilah pulang bersama-sama dengan aku, dan aku akan memberi engkau makanan dan minuman."

Ayat 1 Raja-Raja 13:19 ini menceritakan momen penting dalam kisah nabi yang diutus dari Yehuda ke Betel. Kisah ini, yang terpapar dalam pasal 13 dari Kitab 1 Raja-Raja, membawa pelajaran mendalam tentang pentingnya ketaatan yang teguh kepada firman Tuhan, bahkan ketika menghadapi godaan dan rayuan yang tampak menarik. Sang nabi muda, yang telah diperintahkan secara spesifik oleh Allah untuk tidak makan, minum, atau kembali melalui jalan yang sama, dihadapkan pada ujian iman yang berat. Ia telah menjalankan perintah Allah dengan berani, menyatakan nubuatnya di hadapan Yerobeam dan mezbah yang disalahgunakan.

Setelah menjalankan tugas kenabiannya, ia kemudian dijumpai oleh seorang nabi tua dari Betel. Nabi tua ini, meskipun mengaku juga sebagai hamba Tuhan, memberikan tawaran yang tampak ramah dan memikat: undangan untuk makan dan minum di rumahnya. Permintaan ini, seperti yang tertulis dalam ayat 19, terdengar begitu umum dan wajar dalam interaksi sosial. Siapa pun yang telah melakukan perjalanan jauh dan menghadapi situasi menegangkan pasti akan merasa lelah dan lapar. Tawaran ini, dari seorang yang mengaku sebagai nabi juga, bisa jadi terlihat sebagai tindakan kebaikan dan keramahan sesama hamba Tuhan.

Namun, di sinilah letak pelajaran krusialnya. Allah telah memberikan instruksi yang sangat jelas kepada nabi muda itu. Instruksi tersebut tidak hanya menyangkut apa yang harus ia lakukan, tetapi juga apa yang harus ia hindari. Perintah untuk tidak makan dan minum di tempat itu dan untuk kembali melalui jalan yang berbeda adalah bagian integral dari pesan yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada Tuhan seringkali menuntut kita untuk menolak hal-hal yang mungkin terlihat biasa atau bahkan baik di mata manusia, jika hal tersebut bertentangan dengan perintah ilahi.

Godaan dalam ayat ini bukan sekadar soal makanan atau minuman. Ini adalah godaan untuk melonggarkan standar ketaatan kita ketika ada dalih yang masuk akal atau ketika kita merasa nyaman. Nabi tua di Betel mungkin saja memiliki niat yang salah sejak awal, atau ia mungkin sendiri telah jatuh ke dalam kesesatan sehingga tidak menyadari kesalahan dalam ajakannya. Bagaimanapun alasannya, tawaran tersebut merupakan jebakan yang mengarah pada ketidaktaatan.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa iman sejati tidak hanya terlihat dalam tindakan berani menentang kejahatan, tetapi juga dalam keteguhan hati untuk mematuhi setiap firman Tuhan, sekecil apa pun tampaknya. Rayuan nabi tua itu, seperti yang tersurat dalam 1 Raja-Raja 13:19, adalah pengingat bahwa musuh iman bisa datang dalam berbagai bentuk, bahkan dari orang yang mengaku seiman. Kita dipanggil untuk selalu memeriksa apakah tawaran atau ajakan yang datang kepada kita sejalan dengan kehendak Tuhan yang telah dinyatakan dalam Kitab Suci. Ketaatan yang utuh adalah fondasi yang kokoh bagi hubungan kita dengan Sang Pencipta.