Ayat Yeremia 34:9, yang merupakan bagian dari nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yeremia di Yerusalem pada masa pemerintahan Raja Zedekia, menyoroti sebuah dekret yang dikeluarkan oleh para pemimpin kota. Dalam masa yang penuh gejolak politik dan ancaman dari Babel, sebuah perjanjian penting dibuat. Para bangsawan dan seluruh rakyat Yerusalem sepakat untuk membebaskan semua budak mereka, baik laki-laki maupun perempuan, yang berasal dari bangsa Israel. Perintah ini dikeluarkan agar tidak ada lagi sesama orang Yahudi yang diperbudak oleh bangsanya sendiri.
Peristiwa ini terjadi di tengah-tengah kondisi yang genting. Kerajaan Yehuda berada di ambang kehancuran, dan tentara Babel telah mengepung Yerusalem. Dalam situasi seperti ini, para pemimpin dan rakyat berusaha untuk mencari jalan keluar, mungkin dengan cara mencari pertolongan Ilahi atau sebagai upaya untuk menunjukkan kesalehan dan kepatuhan. Pembebasan budak, dalam konteks hukum dan budaya kuno, adalah tindakan yang signifikan. Itu menunjukkan pengakuan atas martabat dan kemanusiaan setiap individu, serta pemutusan rantai perbudakan yang bisa memecah belah masyarakat.
Namun, ironisnya, tindakan ini tidak berlangsung lama. Kitab Yeremia selanjutnya mengungkapkan bahwa setelah tentara Babel sementara mundur dari Yerusalem (karena Firaun Necho dari Mesir datang dengan pasukannya), para pemimpin dan rakyat Yerusalem mengingkari janji mereka. Mereka menarik kembali budak-budak yang telah mereka bebaskan dan memaksa mereka kembali bekerja dalam perbudakan. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran perjanjian yang serius, bukan hanya perjanjian antar manusia, tetapi juga perjanjian yang mereka buat di hadapan Tuhan. Tuhan melihat ini sebagai pengkhianatan yang dalam.
Yeremia 34:9 dan konteksnya memberikan pelajaran yang mendalam tentang pentingnya kesetiaan pada janji dan perjanjian. Kebebasan yang diberikan seharusnya tidak dicabut kembali. Sikap tidak konsisten antara mengucapkan janji dan tindakan nyata menunjukkan kemunafikan dan ketidakmauan untuk berkomitmen pada kebenaran. Tuhan sangat peduli dengan keadilan dan perlakuan yang layak bagi setiap orang, terutama bagi mereka yang lemah dan rentan. Pelanggaran perjanjian seperti ini tidak luput dari perhatian Tuhan, dan seringkali mendatangkan murka dan hukuman.
Dalam terang iman Kristen, pembebasan yang sejati datang melalui Yesus Kristus. Dia membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan kematian. Janji-janji Tuhan adalah kekal dan tidak pernah diingkari. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pengikut Kristus untuk hidup dalam kesetiaan, kejujuran, dan kasih, merefleksikan kebebasan yang telah kita terima dengan memperlakukan orang lain dengan hormat dan keadilan, serta memegang teguh janji-janji kita kepada sesama dan kepada Tuhan.