Sesudah itu ia menguburkan dia di dalam kuburnya sendiri, dan mereka meratapinya: "Celakalah aku, saudaraku!"
Kisah dari 1 Raja-raja 13 menceritakan tentang seorang nabi dari Yehuda yang diutus ke Betel untuk bernubuat melawan mezbah yang didirikan oleh Raja Yerobeam. Nabi ini, meskipun taat pada perintah Tuhan untuk tidak makan dan minum di sana serta tidak kembali melalui jalan yang sama, akhirnya tergoda oleh nabi tua dari Betel. Nabi tua ini berbohong, mengaku mendapat wahyu dari Tuhan yang mengizinkannya untuk menjamu nabi muda tersebut. Peristiwa ini merupakan momen krusial yang menyoroti bahaya ketidaktaatan, bahkan yang tampaknya kecil, dan pentingnya ketaatan mutlak kepada firman Tuhan.
Nabi muda tersebut, karena iming-iming dan cerita yang meyakinkan dari nabi tua, akhirnya melanggar perintah Tuhan. Akibatnya, ia dibunuh oleh seekor singa di jalan pulang. Namun, ada sebuah anomali dalam narasi ini: singa itu tidak memakan mayatnya dan tidak merusak bangkai binatang itu, sementara singa itu juga tidak menyerang keledainya. Kejadian yang tidak biasa ini menjadi saksi bisu dari kebenaran nubuat nabi muda, bahkan setelah kematiannya.
Ayat 1 Raja-raja 13:31 berbunyi, "Sesudah itu ia menguburkan dia di dalam kuburnya sendiri, dan mereka meratapinya: 'Celakalah aku, saudaraku!'" Ayat ini merujuk pada nabi tua dari Betel yang akhirnya menyadari kesalahannya dan kebenaran nubuat dari nabi muda yang telah tewas. Nabi tua ini, setelah mendengar tentang kematian nabi muda di jalan, pergi untuk menemukan mayatnya. Dia kemudian membawa mayat itu kembali ke Betel dan menguburkannya di dalam kuburnya sendiri.
Ratapan yang terdengar, "Celakalah aku, saudaraku!" menunjukkan penyesalan yang mendalam dari nabi tua tersebut. Penyesalan ini bukan hanya karena kehilangan seorang rekan nabi, tetapi juga karena menyadari bahwa ia telah menjadi alat Setan untuk menjebak dan menyebabkan kematian nabi yang taat pada awalnya. Peristiwa ini menjadi pengingat yang kuat bahwa firman Tuhan harus dipegang teguh, dan godaan untuk menyimpang dari-Nya dapat berakibat fatal. Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya kebijaksanaan, integritas, dan ketaatan yang teguh dalam menghadapi berbagai macam situasi, serta konsekuensi yang bisa timbul ketika kita mengabaikan perintah-Nya.
Penting untuk dicatat bahwa nabi tua ini, meskipun telah berdosa dengan berbohong, akhirnya menunjukkan penyesalan dan melakukan tindakan penghormatan terakhir kepada nabi muda. Ini bisa menjadi sebuah pelajaran tersendiri tentang kemungkinan penebusan dan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, meskipun jalannya mungkin tidak mudah dan membawa kesedihan. Namun, inti dari kisah ini tetaplah tentang pentingnya ketaatan yang tanpa kompromi kepada Tuhan.