1 Raja-Raja 13:7 - Panggilan untuk Ketaatan

"Lalu berkatalah raja kepada orang itu: "Datanglah bersama aku ke rumahku, untuk makan roti, dan aku akan memberi hadiah kepadamu.""

Kisah dalam 1 Raja-Raja pasal 13 membuka sebuah episode dramatis yang penuh dengan pelajaran rohani mendalam. Ayat ketujuh, yang seringkali terlewatkan dalam ringkasan cerita, sebenarnya memegang kunci penting mengenai sifat manusia dan konsekuensi dari ketaatan serta ketidaktaatan. Dalam konteks ini, raja yang dimaksud adalah Yerobeam, raja dari Kerajaan Israel Utara. Ia baru saja mendirikan mezbah-mezbah ibadah berhala di Betel dan Dan, menentang perintah Allah yang seharusnya hanya dilakukan di Yerusalem.

Di tengah upayanya untuk mengukuhkan kekuasaannya dan memisahkan diri dari Kerajaan Yehuda di selatan, Allah mengutus seorang nabi dari Yehuda untuk menentang perbuatan Yerobeam. Nabi ini membawa pesan kenabian yang lugas, bahkan melakukan mukjizat berupa keretakan mezbah dan keluarnya abu. Namun, bukannya bertobat, Yerobeam justru terpikat oleh kehadiran nabi tersebut dan ingin mengundangnya ke istananya. Di sinilah ayat ketujuh kita muncul: "Lalu berkatalah raja kepada orang itu: 'Datanglah bersama aku ke rumahku, untuk makan roti, dan aku akan memberi hadiah kepadamu.'"

Pernyataan raja ini mencerminkan sebuah strategi yang umum digunakan manusia untuk mencoba mengendalikan atau mempengaruhi orang lain, terutama mereka yang memiliki otoritas spiritual atau ilahi. Yerobeam melihat nabi itu sebagai individu yang unik dan berkuasa, dan niatnya adalah untuk mendapatkan kendali atas nabi tersebut. Ia menawarkan sebuah "imbalan"—makanan dan hadiah—sebuah cara halus untuk menarik nabi itu ke dalam lingkungannya, menjauhkannya dari pesan keras yang dibawanya, dan mungkin mengubahnya menjadi sekutu yang lebih ramah. Tawaran ini terdengar sangat menggiurkan, terutama bagi seorang asing yang mungkin lelah dan lapar setelah menyampaikan pesan yang penuh risiko. Siapa yang tidak tergoda dengan keramahan dan janji penghargaan?

Namun, nabi itu menolak tawaran raja. Jawabannya, yang tidak tercatat dalam ayat ketujuh ini tetapi terdapat dalam ayat-ayat selanjutnya, menegaskan bahwa ia telah diberi perintah khusus oleh Allah untuk tidak makan dan minum di tempat itu, serta kembali melalui jalan yang berbeda dari jalan kedatangannya. Penolakan ini adalah inti dari pelajaran penting: ketaatan mutlak kepada firman Allah seringkali membutuhkan pengorbanan kenikmatan duniawi, bahkan godaan dari pihak yang berkuasa. Yerobeam, dengan segala kekuasaan kerajaannya, tidak dapat menawarkan sesuatu yang lebih berharga daripada perintah langsung dari Sang Pencipta.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa godaan terbesar terkadang datang dalam bentuk tawaran yang tampak baik atau menguntungkan. Tawaran ini bisa berupa kenyamanan, pengakuan, atau keuntungan materi. Kita seringkali dihadapkan pada pilihan: mengikuti panggilan hati nurani dan firman Allah, atau menerima tawaran yang menggoda dari "raja" di sekitar kita, entah itu atasan, teman, atau bahkan norma masyarakat.

Ayat 1 Raja-Raja 13:7, meskipun singkat, menyoroti dua pendekatan yang berlawanan terhadap firman Allah: godaan untuk mempengaruhi dan mengendalikan melalui daya tarik duniawi, dan panggilan untuk ketaatan yang teguh meskipun harus menolak hal-hal yang tampak menguntungkan. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengajak kita untuk selalu menguji setiap tawaran dan keputusan melalui lensa kebenaran ilahi, memastikan bahwa kita tidak mengorbankan ketaatan demi kenyamanan atau keuntungan sementara. Kebenaran Allah lebih berharga daripada segala hadiah duniawi.