Dan di mana pun Ia masuk, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar-pasar dan memohon kepada-Nya, supaya sekurang-kurangnya disentuh bulu jubah-Nya. Dan setiap orang yang disentuh-Nya menjadi sembuh.
Kisah yang dicatat dalam Markus pasal 6 ayat 54 ini merupakan gambaran yang sangat kuat mengenai kuasa dan belas kasihan Yesus Kristus. Ayat ini bukan sekadar sebuah narasi sejarah, melainkan sebuah kesaksian tentang bagaimana kehadiran Yesus membawa perubahan fundamental dalam kehidupan banyak orang. Ketika Yesus tiba di sebuah tempat, baik itu desa terpencil, kota yang ramai, maupun perkampungan sederhana, respons masyarakat sangatlah luar biasa.
Mereka tidak hanya berbondong-bondong datang untuk melihat-Nya, tetapi membawa serta orang-orang yang menderita sakit. Ini menunjukkan betapa mendalamnya penderitaan yang dialami oleh banyak orang, dan betapa besarnya harapan yang mereka sandarkan kepada Yesus. Keterbatasan akses terhadap pengobatan medis pada masa itu membuat orang-orang sakit semakin bergantung pada campur tangan ilahi.
Permohonan yang diajukan pun sangat spesifik dan menyiratkan keyakinan yang luar biasa: "supaya sekurang-kurangnya disentuh bulu jubah-Nya." Hal ini menunjukkan bahwa bagi mereka, sentuhan sekecil apa pun dari Yesus memiliki kekuatan penyembuhan. Jubah, dalam budaya Yahudi, seringkali melambangkan otoritas dan kekudusan. Dengan memohon untuk menyentuh jubah-Nya, mereka mengakui bahwa Yesus memiliki kuasa ilahi yang dapat memulihkan mereka dari segala penyakit.
Apa yang terjadi kemudian sungguh menakjubkan. Setiap orang yang berhasil menyentuh jubah Yesus tidak hanya merasa lega sesaat, tetapi menjadi sembuh. Ini adalah janji yang luar biasa, sebuah kepastian yang diberikan oleh Yesus. Kata "menjadi sembuh" menyiratkan pemulihan yang total dan tuntas, baik secara fisik maupun mungkin juga secara spiritual.
Meskipun ayat ini menceritakan peristiwa yang terjadi ribuan tahun lalu, maknanya tetap relevan bagi kita saat ini. Kuasa penyembuhan Yesus tidak terbatas pada masa lampau. Dia masih memiliki kuasa untuk memulihkan, baik itu kesembuhan dari penyakit fisik, luka emosional, maupun kerapuhan rohani. Ayat ini mengingatkan kita bahwa harapan selalu ada, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
Kita diajak untuk menghampiri Yesus dengan iman yang sama, seperti orang-orang pada masa itu. Iman yang percaya bahwa melalui doa, melalui pengakuan akan kebesaran-Nya, dan melalui pengabdian kepada-Nya, kita dapat mengalami sentuhan penyembuhan-Nya. Ini bukan tentang sihir atau kebetulan, melainkan tentang hubungan pribadi dengan Sang Penyembuh Agung yang penuh kasih.
Kisah Markus 6:54 mengajarkan kita untuk melihat kehadiran Yesus bukan hanya sebagai tokoh sejarah, tetapi sebagai sumber kehidupan dan pemulihan yang terus mengalir. Di mana pun Dia berada, baik dalam kebaktian gereja, dalam doa pribadi, maupun dalam interaksi sesama, ada potensi untuk mengalami perjumpaan yang mengubah hidup. Kita diundang untuk mencari-Nya, memohon sentuhan-Nya, dan mempercayakan segala kebutuhan kita kepada-Nya.