Kisah dalam Kitab 1 Raja-raja pasal 14 ayat 17 menggambarkan sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel Utara. Setelah pemisahan kerajaan setelah kematian Salomo, Yerobeam bin Nebat menjadi raja pertama dari sepuluh suku utara. Ia dikenal karena mendorong umat Israel untuk menyembah ilah-ilah lain, menjauhkan mereka dari penyembahan kepada TUHAN Allah Israel. Tindakan ini bukan hanya pelanggaran terhadap perintah Allah, tetapi juga merupakan langkah politik untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya dan mencegah rakyatnya kembali ke Yerusalem, pusat penyembahan yang masih dikuasai oleh Yehuda. Ayat yang dikutip ini menyoroti bagaimana Yerobeam memerintahkan agar mezbah dan tempat ibadah dibangun, dan bahkan "menegur" para penyembah Baal. Pernyataan "tegurlah nabi-nabi Baal" bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara. Mungkin Yerobeam ingin menunjukkan otoritasnya, atau mungkin ia mencoba mengaitkan penyembahan Baal dengan dirinya sendiri dengan cara yang aneh. Namun, yang paling penting adalah penekanan pada "nabi itu datang ke atas mezbah, seperti yang telah difirmankan Allah melalui nabi Allah itu." Ini adalah referensi kepada nabi yang diutus Allah kepada Yerobeam di Betel, yang dengan berani menubuatkan kehancuran mezbah dan keturunan Yerobeam yang jahat.
Konsekuensi dari Pemberontakan
Tindakan Yerobeam membawa konsekuensi yang berat bagi dirinya dan kerajaannya. Dengan mendirikan tempat-tempat ibadah dan mendorong penyembahan berhala, ia telah membuat Israel berdosa besar. Kitab Suci berulang kali menyatakan bahwa dosa ini menjadi penyebab utama kejatuhan Kerajaan Israel Utara ke tangan bangsa Asyur berabad-abad kemudian. Nubuat yang disampaikan oleh nabi Allah di Betel adalah peringatan langsung tentang murka Allah terhadap pemberontakan dan kemurtadan ini. Nabi tersebut datang "seperti yang telah difirmankan Allah," menunjukkan bahwa seluruh kejadian ini berada di bawah kendali ilahi, sebagai respons terhadap dosa umat-Nya.
Pentingnya Kesetiaan
Kisah ini mengajarkan pelajaran penting tentang pentingnya kesetiaan kepada Allah. Keputusan Yerobeam untuk mengutamakan kekuasaan politik di atas ketaatan spiritual akhirnya menghancurkan dirinya dan banyak orang yang dipimpinnya. Nubuat dan pelaksanaannya di mezbah itu menjadi bukti bahwa Allah tidak akan membiarkan dosa-Nya tidak dihukum. Ini adalah pengingat bahwa tindakan kita, baik sebagai individu maupun pemimpin, memiliki dampak yang luas dan seringkali abadi. Kitab 1 Raja-raja pasal 14 ayat 17, dengan detailnya, mengajak kita untuk merenungkan konsekuensi dari penyembahan yang salah dan pentingnya mendengarkan suara Allah.
Umat Allah dipanggil untuk menyembah dan melayani hanya kepada TUHAN. Menyimpang dari jalan ini, sekecil apa pun kelihatannya, dapat mengarah pada konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang diperkirakan. Kisah Yerobeam adalah saksi abadi dari kebenaran ini, memperingatkan generasi demi generasi tentang bahaya kemurtadan dan pentingnya ketaatan.